Ayah yang masih menyumpahi In Ho agar mati saat ini juga, mendadak terdiam karena ada suara dari pintu, 
Ja Eun : “Paman, apakah yang Paman katakan benar? Apakah benar Ayah yang membunuh adik Paman?”
Ayah tak 
menjawab, Ja Eun pun bertanya pada ayahnya. Apakah yang dikatakan Ayah 
Tae Hee itu benar? Ayah Ja Eun tak menjawab, malah meminta maaf pada Ja 
Eun, menguatkan apa yang baru saja Ja Eun dengar.
Ia menangis, menyadari semua yang telah terjadi. Ayah Ja Eun memohon ampun dan meminta Ayah Tae Hee untuk membunuhnya saja. 
Tapi Ayah Tae Hee tak mau melakukan itu. Harusnya menangis dan memohon ampun dilakukan 26 tahun yang lalu, bukannya sekarang. Walaupun itu sebuah kecelakaan, tapi seharusnya Baek In Ho datang menemui mereka.
Tapi Ayah Tae Hee tak mau melakukan itu. Harusnya menangis dan memohon ampun dilakukan 26 tahun yang lalu, bukannya sekarang. Walaupun itu sebuah kecelakaan, tapi seharusnya Baek In Ho datang menemui mereka.
“Hari ini aku 
masih menahan diriku karena putrimu. Karena kau membesarkan Ja Eun 
dengan sangat baik, aku akan sabar. Tapi jangan pernah muncul di 
hadapanku lagi. Karena aku tak tahu apa yang akan kulakukan jika hal itu
 terjadi. Mengerti?”
Ayah Tae Hee 
meninggalkan mereka di gudang. Ja Eun terduduk lemas, menangis dan 
menyadari semua yang telah terjadi. Tae Hee hanya dapat berdiri di 
sisinya, ingin menyentuhnya. Tak terasa ia pun menangis.
Nenek menyuruh
 ibu untuk minggir karena ia akan keluar rumah. Ia ingin tahu mengapa 
anaknya dan Baek In Ho pergi ke gudang. Pasti ada sesuatu yang tak 
beres. 
Ibu berkilah kalau itu hanya masalah pria. Tapi Nenek bukan orang tua yang bodoh, ia tahu ada yang tak beres.
Ibu berkilah kalau itu hanya masalah pria. Tapi Nenek bukan orang tua yang bodoh, ia tahu ada yang tak beres.
Untung ayah 
masuk sehingga nenek tak jadi keluar. Tapi ayah pun enggan menerangkan 
apa yang baru saja terjadi. Ia hanya menjelaskan kalau ia marah pada In 
Ho. Tapi Nenek tak dapat dibohongi. Mengapa In Ho meminta Nenek untuk 
membunuhnya? Kalau ayah tak menjawab, maka Nenek akan keluar menemui In 
Ho sekarang. Ayah menghalangi Nenek tapi juga tak menjawab, sampai 
membuat Nenek marah. Nenek tetap memaksa untuk keluar.
| “Ia pelakunya! Baek In Ho adalah orang yang menabrak dan lari saat itu!” | 
Tae Hee tak 
tahan melihat kesedihan Ja Eun. Ia mengangkat lengan Ja Eun, memintanya 
bangun. Tapi Ja Eun yang masih menangis tak mendengar perintah Tae Hee. 
Ia malah bertanya apakah Tae Hee sudah mengetahui hal ini? Tae Hee 
memalingkan muka, tak menjawab. Ja Eun bertanya lagi, sejak kapan Tae 
Hee mengetahuinya? Tae Hee tetap terdiam, tak tega menjawab.
Dari kejauhan 
terdengar sirena ambulan, dan yang pertama menyadari adalah ayah Ja Eun.
 Ia berkata sepertinya suara itu dari arah rumah Tae Hee.
Ternyata 
ambulans datang untuk membawa Nenek. Tae Hee bertanya pada ibu, mengapa 
nenek bisa pingsan? Sambil menangis ibu menjawab kalau nenek terkejut 
mendengar siapa pembunuh ayah kandung Tae Hee. Tae Hee menangis meminta 
nenek bangun. Tapi nenek tak bergerak.
Baek In Ho 
yang berada tak jauh dari sana, menangis dan memohon ampun pada nenek. 
Ja Eun tercenung melihat nenek dibawa pergi oleh ambulans, tak berani 
mendekat.
Karena hanya 
satu orang yang diperbolehkan masuk ke mobil ambulans, ayah menemani 
nenek, sedangkan ibu dan Tae Hee pergi bersama.
Ja Eun dan 
ayahnya mengikuti mereka dengan taksi. Ia berlari menyusul Tae Hee yang 
sudah masuk ke UGD. Mendadak langkahnya terhenti dan mematung di tempat.
 Ia  tak berani mendekati ruang UGD. Ja Eun hanya menunggu di luar bersama ayahnya. 
Di UGD, Tae 
Hee dan kedua orang tuanya menunggui nenek yang sedang ditangani medis. 
Untung masa kritisnya telah lewat, dan walaupun belum sadar, nenek sudah
 dapat dipindahkan ke kamar. 
Baek In Ho yang menyusul ke UGD mendapat informasi terakhir dan memberitahukan pada Ja Eun. Seperti mendoakan,  Ja Eun yakin kalau nenek pasti bangun karena nenek adalah wanita yang kuat. Nenek pasti bangun.
Tapi Ja Eun 
tetap berdiri di tempat itu. Tae Shik dan Tae Pil yang datang, heran 
melihat Ja Eun yang berdiri di depan Rumah Sakit. Dari kejauhan Tae Shik
 mengisyaratkan agar Ja Eun masuk, tapi Ja Eun tak bergeming. Tae Pil 
berteriak mengajak Ja Eun, tapi Ja Eun tetap membisu. Tapi karena mereka
 terburu-buru ingin melihat nenek, mereka langsung masuk ke UGD.
Ayah menyesal 
telah memberitahukan kabar yang membuat nenek pingsan. Ia memegang 
tangan nenek meminta ibunya untuk bangun karena ia tak dapat hidup lagi 
jika ibunya meninggal. Ayah minta maaf karena ia tak dapat menangkap 
pelakunya 26 tahun yang lalu dan malah membuat nenek tinggal di 
perkebunan milik ayah pembunuh adiknya. 
Ayah sudah 
hampir kehilangan akal sehatnya, menyalahkan Baek In Ho, karena dialah 
nenek pingsan seperti ini. Ibu menenangkan ayah karena bisa-bisa ayah 
juga pingsan karena tekanan darahnya naik lagi. Ayah memutuskan keluar 
ruangan untuk menenangkan diri.
Tae Shik dan 
Tae Pil masuk dan menanyakan keadaan nenek. Tae Shik memohon nenek agar 
bangun karena nenek belum sempat melihat ia menikah. Tae Pil melirik 
pada Tae Hee agar keluar kamar untuk berbincang-bincang.
Di luar Tae 
Pil bertanya masalah apa yang terjadi hingga nenek pingsan? Apakah 
berhubungan dengan Ja Eun yang tak mau masuk dan hanya menunggu di luar?
 
Tae Hee terkejut mendengarnya, dan buru-buru keluar meninggalkan pertanyaan Tae Pil menggantung tak terjawab.
Dari kejauhan,
 Tae Hee melihat Ja Eun berdiri mematung di depan UGD tak berani masuk 
juga tak mau pergi. Tae Hee pun tak berani mendekati Ja Eun juga tak 
tega meninggalkannya sendiri. Ia akhirnya menelepon Jae Ha, meminta 
bantuannya.
Jae Ha datang 
dan melihat Ja Eun berdiri ditemani ayahnya. Ia mengajak Ja Eun untuk 
pergi, tapi Ja Eun menolak. Ia akan berdiri sampai nenek sadar. Jae Ha 
mengajak Ja Eun untuk melakukannya di dalam mobil saja karena cuaca 
malam itu sangat dingin.
Ja Eun tetap menolak, jika Jae Ha ingin mengajak seseorang, ajaklah ayahnya. Karena ayah baru saja keluar dari rumah sakit, maka kesehatannya pasti belum pulih benar. Walaupun Jae Ha terus memaksa, tapi Ja Eun tetap menolak. Hingga akhirnya Jae Ha memberitahukan kalau Tae Hee yang menyuruhnya datang. Ia menyampirkan syal ke bahu Ja Eun, tapi Ja Eun tetap menolak.
Ja Eun tetap menolak, jika Jae Ha ingin mengajak seseorang, ajaklah ayahnya. Karena ayah baru saja keluar dari rumah sakit, maka kesehatannya pasti belum pulih benar. Walaupun Jae Ha terus memaksa, tapi Ja Eun tetap menolak. Hingga akhirnya Jae Ha memberitahukan kalau Tae Hee yang menyuruhnya datang. Ia menyampirkan syal ke bahu Ja Eun, tapi Ja Eun tetap menolak.
Ja Eun mengarahkan pandangannya ke sekelilingnya. Jika Jae Ha datang karena diminta Tae Hee, berarti Tae Hee ada ..
Sama-sama tak 
dapat menghampiri satu sama lain, Ja Eun dan Tae Hee hanya dapat 
memandang dari kejauhan. Tae Hee yang hendak menangis, mengalihkan 
pandangan agar Ja Eun tak melihatnya menangis. Begitu pula Ja Eun, yang 
tak ingin terlihat sedih di mata Tae Hee.
Sama-sama tak 
memandang, mereka tak tahan. Akhirnya, dengan menelan tangis yang sudah 
keluar, mereka pun saling berpandangan, seakan mengucap maaf dan 
penyesalan.
Tae Bum sudah 
datang, dan ketiga bersaudara itu membicarakan apa yang sebenarnya 
terjadi. Tae Shik yang diberitahu oleh ibu kembali mengulang kejadian 
siang tadi di rumah. Ibu juga berpesan agar tak menyebutkan nama Ja Eun 
di depan Nenek. 
Semuanya merasa kasihan karena yang paling terluka adalah Tae Hee dan Ja Eun yang tak mungkin dapat bersama. Padahal Ja Eun adalah satu-satunya gadis yang disuka Tae Hee dan ini kali pertama Tae Hee menginginkan pernikahan.
Semuanya merasa kasihan karena yang paling terluka adalah Tae Hee dan Ja Eun yang tak mungkin dapat bersama. Padahal Ja Eun adalah satu-satunya gadis yang disuka Tae Hee dan ini kali pertama Tae Hee menginginkan pernikahan.
Tae Bum 
menambahkan jika nenek tak sadar lagi, Ja Eun dan Tae Hee pasti akan 
gila. Tae Pil dan Tae Shik memperingatkan Tae Bum agar tak mengatakan 
hal seperti itu, karena kedengarannya seperti doa. Tae Bum pun tersadar 
dan menarik kembali ucapannya.
Jae Ha masih 
mencoba memakaikan scarf untuk Ja Eun, tapi Ja Eun menolaknya. Akhirnya 
Jae Ha menyerah dan masuk ke dalam mobil dimana ayah sudah berada di 
dalamnya. 
Tapi kondisi ayahpun tak lebih baik dari Ja Eun. Ayah menangis, meraung menyesali segala kesalahan yang ia perbuat di masa lalu.
Tapi kondisi ayahpun tak lebih baik dari Ja Eun. Ayah menangis, meraung menyesali segala kesalahan yang ia perbuat di masa lalu.
Ibu keluar 
rumah sakit dan memandang sedih pada calon putri kesayangannya. Ia 
menghampiri dan memberikan sekaleng kopi hangat untuk Ja Eun. Dengan 
setengah memaksa, ibu menyuruh Ja Eun untuk mengambilnya agar ia tak 
pingsan. 
Ia juga melepas scarf yang tergantung di lehernya dan menyampirkannya ke leher Ja Eun. Tapi Ja Eun mundur dan menolaknya.
Ia juga melepas scarf yang tergantung di lehernya dan menyampirkannya ke leher Ja Eun. Tapi Ja Eun mundur dan menolaknya.
Ibu menghardik
 Ja Eun, “Apa maksudmu? Apakah kau ingin pingsan dan membuat orang lain 
khawatir? Tenanglah, nenek adalah wanita yang kuat. Ia akan sadar 
kembali. Jika nenek pergi sekarang, nenek tahu kalau ia akan melukai 
hati Tae Hee selamanya. Jadi nenek pasti akan sadar.”
Malamnya Tae 
Hee memegang tangan Nenek dan dengan perlahan berbicara padanya. Ayah 
dan Ibu yang ikut menunggui, tertidur di kursi masing-masing. 
Malam berganti
 pagi, Jae Ha terbangun di dalam mobil dengan ayah yang masih tertidur 
di kursi belakang. Sedangkan Ja Eun masih tetap berdiri di tempatnya 
semula. 
Nenek akhirnya
 tersadar. Semua anggota keluarga Hwang mengerumuni nenek, satu persatu 
bertanya. Apakah nenek sudah sadar? Apakah nenek masih bisa mengenali 
mereka? Apakah nenek bisa mengenali Tae Hee? Tapi nenek tetap terdiam, 
membuat mereka semua bertanya lagi. Akhirnya nenek membuka mulutnya,
Jae Ha 
mendapat kabar kalau nenek sudah sadar, dan segera mengabarkannya pada 
Ja Eun dan ayahnya. Ja Eun menangis karena lega. Begitu pula ayah yang 
berkali-kali mengucap terima kasih. 
Nenek diperbolehkan pulang, dan seluruh anggota keluarga (minus Tae Bum dan Soo Young) membimbing nenek masuk ke mobil Tae Hee. 
Sebelum masuk, Tae Hee mencari seseorang yang berdiri semalaman di depan rumah sakit. Tapi orang itu sudah tak ada.
Sebelum masuk, Tae Hee mencari seseorang yang berdiri semalaman di depan rumah sakit. Tapi orang itu sudah tak ada.
Ia menghela 
nafas dan hampir masuk mobil jika ujung matanya tak melihat Ja Eun 
berjalan bersama ayahnya dan Jae Ha. Pandangan matanya mengikuti Ja Eun,
 hingga Ja Eun hilang dari pandangannya. 
Tae Shik yang sempat melihat Tae Hee yang hanya berdiri diam mencari siapa yang dilihat oleh Tae Hee, tapi ia tak menemukannya.
Tae Shik yang sempat melihat Tae Hee yang hanya berdiri diam mencari siapa yang dilihat oleh Tae Hee, tapi ia tak menemukannya.
Tae Bum yang 
diberi kabar mengenai kesembuhan nenek juga lega. Ia sudah berada di 
kantor. Karena kabar nenek, ia hampir lupa kalau hari ini adalah saatnya
 pesta syukuran rumah jika tak diingatkan oleh temannya.
Begitu pula 
Tae Pil. Karena khawatir pada kesehatan nenek, ia sampai lupa makan. Yoo
 Eul yang juga mengetahui masalah kesehatan nenek, bersyukur dan 
mengajak Tae Pil makan dulu sebelum bekerja.
Sementara Tae 
Shik, datang-datang langsung minta berhenti pada bosnya di restoran. Mi 
Seok tak sengaja mendengar pengunduran diri Tae Shik, hanya bisa 
terpaku. Ia teringat lamaran yang ia tembakkan secara tak langsung pada 
Tae Shik. Apakah Tae Shik memilih keluar setelah mendengar lamarannya?
Ia kesal 
dengan tindakan Tae Shik. Memang ia benar-benar ingin menikah dengan Tae
 Shik? Siapa bilang? Dan kenapa ia malah mundur sekarang? Pria yang 
jahat. Mi Seok yang selalu memakai bando pemberian Tae Shik kemanapun ia
 pergi, melepas dan ingin mematahkannya.
Malamnya, 
bersamaan dengan Mi Seok yang berada di mobil bersiap-siap pulang kerja,
 ia menerima SMS dari Tae Shik yang berisi, “Sebenarnya aku ingin 
mengatakan sesuatu padamu.” Membaca ini, Mi Seok menebak kalau Tae Shik 
sebentar lagi akan memutuskannya. Benar saja, SMS kedua datang yang 
menyebutkan, “Rasanya sulit untuk mengatakannya.” Mi Seok bergumam kalau
 Tae Shik ini adalah pria yang menyebalkan.
SMS ketiga 
datang, dan kali ini Mi Seok coba tak menghiraukan SMSnya. Tapi akhirnya
 ia menetapkan hati, kalau Tae Shik ingin putus, meka lebih baik mereka 
putus saja sekarang. 
Ia membuka SMS itu, yang berkata, “Kim Mi Seok, Aku mencintaimu.”
Ia membuka SMS itu, yang berkata, “Kim Mi Seok, Aku mencintaimu.”
Suara gitar 
tiba-tiba berbunyi, Mi Seok yang ingin tahu darimana suara itu berasal 
menyalakan lampu mobilnya. Ternyata di depannya, Tae Shik sudah duduk 
dibawah pohon (yang dihiasi lampu!) sambil memetik gitar dan 
mendendangkan lagu dengan keras dan sumbang. 
Tapi seberapa 
sumbang suara Tae Shik, Mi Seok tak peduli. Walaupun Tae Shik mengatakan
 ia tak dapat membeli cincin ataupun bunga, Mi Seok juga tak peduli.  Karena Tae Shik memintanya untuk terus berada di sisinya. 
Mulai hari ini
 ia akan bekerja di rumah sakit lagi. Dan kali ini ia akan bekerja 
dengan keras. Mi Seok paham, jadi karena itu Tae Shik meminta keluar 
dari rumah sakit? Tae Shik mengiyakan. Jika Mi Seok mau berada di 
sisinya, ia yakin dapat melakukan segalanya dengan baik. Jadi, menikah?
Mi Seok 
menangis dan memeluk Tae Shik. Ia berjanji akan berada di sisi Tae Shik.
 Tae Shik berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk Gook Soo dan Ha Na.
 Mi Seok pun berjanji akan menjadi ibu yang baik bagi mereka. Mereka pun
 berpelukan lebih erat lagi, hingga terjatuh.
Tae Bum dan 
Soo Young pulang ke rumah untuk mempersiapkan makanan dan minuman untuk 
pesta syukuran rumah mereka. Tapi ternyata semuanya sudah dilakukan oleh
 ibu. Tae Bum dan Soo Young mulanya merasa keberatan, tapi ayah meminta 
mereka menuruti saja kemauan ibu karena sifat ibu memang seperti itu. 
Akhirnya Tae Bum dan Soo Young menurut. 
Tapi rupanya 
kemauan ibu tak sampai di situ saja. Ibu berpura-pura tinggal sementara 
di rumah anaknya hingga pesta syukuran rumah dimulai. Teman-teman Tae 
Bum dan Soo Young bersikap baik pada ibu, bahkan Manager Gong menawari 
ibu untuk ikut bergabung. Ibupun menerima dengan senang hati. Ia secara 
spesial memperhatikan Manager Gong, dari memperhatikan makannya sampai 
bertanya apa pekerjaan orang tua Manager Gong.
Mereka pun 
minum (Ibu minum paling banyak) dan mulai bermain Truth or Dare. Korban 
pertamanya siapa lagi kalau bukan pasangan baru di depan mereka. Tae Bum
 dan Soo Young sebenarnya enggan melakukan itu, tapi teman-temannya 
memaksa. Jika Tae Bum tak mau menjawab, maka Tae Bum harus minum. Juga 
jika Soo Young tak mau menjawab, Tae Bum harus minum menggantikan Soo 
Young yang sedang hamil.
Pertanyaan yang dilontarkan membuat Manager Gong tak enak hati. Pertanyaan mereka seperti,
“Apa yang paling sexy dari Tae Bum?
Atau “Kapan mereka terakhir berciuman bukan pipi?”
“30 menit yang lalu di dapur.”
Hampir saja 
Tae Bum minum lagi, kalau Ibu tak meminta waktu untuk berbicara. Ibu 
yang sudah mabuk, menyuruh Tae Bum untuk berdiri dan bertanya pada 
teman-teman Soo Young, bukankah Tae Bum sangat keren? 
Teman-teman mereka mengiyakan. Ibu melanjutkan kalau seluruh baju Tae Bum, ia yang belikan di butik. Setengah tertawa, teman-teman mereka kagum dan iri dengan Tae Bum. Ibu melanjutkan bukan hanya baju yang ia belikan, tapi juga rumah ini. Tae Bum datang hanya membawa badan saja.
Teman-teman mereka mengiyakan. Ibu melanjutkan kalau seluruh baju Tae Bum, ia yang belikan di butik. Setengah tertawa, teman-teman mereka kagum dan iri dengan Tae Bum. Ibu melanjutkan bukan hanya baju yang ia belikan, tapi juga rumah ini. Tae Bum datang hanya membawa badan saja.
Soo Young memanggil ibunya frustasi, melihat ibunya yang sudah mabuk, tak dapat menahan diri berbicara semaunya.
Ibu tak 
menggubris teriakan Soo Young, malah memegang tangan Manager Gong yang 
juga mulai canggung dan berkata, “Aku juga dapat membelikan rumah 
untukmu. Dapatkah kau menemui Yoo Eul sekali lagi? Sekalii saja. Ya? 
Ya?”
Tanpa menunggu jawaban dari Manager Gong, ibu pun pingsan karena mabuk.
Hehe..kayanya ibu harus diblokir nih dari alkohol. Pengaruhnya bisa membahayakan hati dan jiwa orang-orang terdekatnya.
Sepulang nenek
 dari rumah sakit, nenek langsung menyuruh ayah untuk memanggil Baek In 
Ho. Ayah pun mematuhi dan langsung memanggil Baek In Ho lewat Ja Eun.
Begitu Baek In
 Ho datang, nenek langsung bertanya pada Baek In Ho dan memintanya 
jujur, “Apakah perkebunan ini diberikan untuk membayar hutang nyawa 
anakku?”
Baek In Ho 
berlutut dan terbata-bata menjawab, “Tidak, Bu. Saya sama sekali tak 
tahu mengapa Ayah melakukan ini. Tak mungkin. Bunuhlah saya, Bu. Saya 
bahkan tak tahu kalau korban yang saya tabrak adalah Chang Woo dan 
bahkan saya tak tahu kalau korban itu meninggal. Saya pantas mati, Bu.”
Nenek marah mendengarnya. Bagaimana mungkin Baek In Ho tak tahu kalau ia menabrak Chang Woo, bahkan sampai meninggal? Nenek mengambil sekeranjang bawang dan melemparkannya ke Baek In Ho, sambil memaki-maki kalau Baek In Ho pantas mati. Ia harus mati.
Nenek marah mendengarnya. Bagaimana mungkin Baek In Ho tak tahu kalau ia menabrak Chang Woo, bahkan sampai meninggal? Nenek mengambil sekeranjang bawang dan melemparkannya ke Baek In Ho, sambil memaki-maki kalau Baek In Ho pantas mati. Ia harus mati.
Nenek memukuli
 Baek In Ho dengan keranjang bawang, dan Baek In Ho diam dan pasrah 
menerima pukulan nenek. Ayah mencegah nenek agar tak memukul Baek In Ho,
 tapi nenek tetap memukulinya.
Baek In Ho 
pantas mati. Ia juga harusnya mati. Mereka berdua harusnya mati agar 
dapat meminta maaf pada anaknya. Baek In Ho tak tahu kalau ia yang 
menabrak Chang Woo sampai mati, dan ia juga harusnya mati karena tinggal
 di perkebunan yang digunakan sebagai pengganti nyawa Chang Woo. Mereka 
benar-benar harus mati.
Ia memukul Baek In Ho hingga ibu pun ikut menengahi, khawatir kalau nenek akan pingsan lagi.
Dan benar 
saja, nenek kembali pingsan. Untungnya kali ini pingsannya Nenek tak 
begitu parah. Dan dengan pikiran yang cukup tenang, nenek mulai berpikir
 tentang Tae Hee. 
Ia bertanya pada ayah, apakah Tae Hee mengetahui hal ini? Ayah mengiyakan, Tae Hee sudah tahu karena ia menyelidiki kasus tabrak lari ini. Nenek pun tak kuasa membendung air matanya.
Ia bertanya pada ayah, apakah Tae Hee mengetahui hal ini? Ayah mengiyakan, Tae Hee sudah tahu karena ia menyelidiki kasus tabrak lari ini. Nenek pun tak kuasa membendung air matanya.
Ayah menunggu 
kedatangan Ja Eun di restoran. Saat Ja Eun datang, ia memberikan 
kopernya dan menceritakan apa yang baru saja terjadi di rumah. Ia 
meminta untuk sementara waktu Ja Eun tak berkunjung dulu ke rumah. 
Mereka akan pindah sebentar lagi. 
Ayah juga 
meminta agar jangan sampai Baek In Ho dapat menemui nenek lagi, karena 
ia tak yakin akan kondisi nenek jika ia melihat Baek In Ho lagi. Jika Ja
 Eun memerlukan sesuatu dan ingin bertemu dengannya, datanglah sendiri, 
jangan datang bersama ayahnya.
Ja Eun kembali mengiyakan. Ia akan berhati-hati.
Ayah juga 
ingin mengatakan keinginannya berkaitan dengan Tae Hee, tapi Ja Eun 
memotongnya. Sambil menangis ia berjanji akan memutuskan hubungan dengan
 Tae Hee. 
Merasa apa yang ingin diucap sudah terucapkan, ayah pun beranjak pergi. Tapi Ja Eun menahannya dan berkata,
Di studionya, Ja Eun mengambil handphone dan memandangi foto mereka berdua yang terpasang di handphone-nya.
Tae Hee yang sedang bertugas dengan Dong Min menerima telepon dari Ja Eun. Ternyata Ja Eun mengajaknya untuk bertemu. 
“Paman, bisakah kita bertemu besok? Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”
Diam-diam Tae Hee menangis tapi ia berkata, “Besok? Oke, apa sebaiknya kita juga membuat foto wisuda seperti yang kau inginkan?
Mendengar usul itu, Ja Eun juga menangis tapi menyetujuinya, “Aku akan memakai bajuku yang paling cantik.”
“Oke, kalau begitu aku akan berdandan serapi mungkin.”
“Baiklah, Paman. Sampai ketemu besok, ya..”
“Oke, kalau begitu aku akan berdandan serapi mungkin.”
“Baiklah, Paman. Sampai ketemu besok, ya..”
Komentar :
Dan episode 51 adalah kencan sebelum perpisahan. 
Hehe.. Insting Veely ternyata benar. Jangan-jangan Veely shaman ya.. :)
Seperti Boys Before Flowers dan Shining Inheritance,
 mereka akan berkencan dulu. Namun kali ini kedua pihak sama-sama 
menyadari perpisahan yang akan terjadi. Dan besok mereka akan 
mengumpulkan semua kenangan manis yang bisa mereka buat dan akan 
menyimpan selamanya dalam hati.
Sepertinya 
akan ada pernikahan yang akan disaksikan oleh Nenek. Tapi bukan dari Tae
 Hee, tapi dari Tae Shik. Sesuai permintaan ibu. Walaupun dulu ibu 
mengatakan keinginan asal-asalannya  agar Tae Shik menikah dulu, untuk melindungi Ja Eun, tapi ternyata keinginan itu terwujud.
Semoga ibu tak 
merasa bersalah telah mengatakan hal itu. Karena mungkin saja ibu merasa
 bersalah karena ucapan itu keluar dari mulutnya. Bagaimanapun juga, 
ucapan ibu memang sangat ampuh. Yang ia ucapkan untuk anaknya, biasanya 
akan jadi kenyataan.
 
