Pengenalan karakter keluarga Cha
Cha Soo Young
Atasan
Tae Bum, diam-diam menyukai Tae Bum karena ia menyimpan foto mereka
berdua saat outing kantor di dalam sebuah buku. Walaupun dari luar ia
terlihat judes dan professional, tapi sebenarnya ia gadis rumahan yang
apa adanya.
Cha Hyun Jae
Ayah
Soo Young, seorang professor, senior Tae Shik di rumah sakit. Dahulu ia
pernah selingkuh dengan seorang wanita, walaupun tidak terlalu jauh
–berpegangan tangan-. Tapi saat istrinya tahu, istrinya tak mau
memaafkannya. Ia pernah mengatakan pada Tae Shik, “Saat yang berbahaya
adalah ketika istrimu memintamu untuk berkata jujur, karena ia tak akan
marah pada apapun yang kau katakan. Begitu kau berkata jujur, dan itu
sesuatu yang salah, ia akan marah selamanya.”
Nam Yeo Kyung
Ibu
Soo Young, sangat protektif pada anak dan adiknya. Ia mengetahui kalau
suaminya berselingkuh dan belum memaafkannya sampai saat ini. Saat kesal
ketika mengingat perselingkuhan suaminya, ia membersihkan toilet dengan
sikat .. gigi suaminya.
Nam Yeo Eul
Tante
Soo Young dari ibu, tapi umurnya lebih muda dari Soo Young. Bercerai,
sedikit ceroboh dan tak begitu pintar. Setelah menikah, ia diungsikan
oleh kakaknya ke Amerika. Namun sekarang ia telah kembali ke Korea.
Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 11 – 20
Kisah Tae Hee – Ja Eun
Mama Hwang
kaget dan marah melihat Ja Eun berani kembali lagi ke perkebunannya. Ia
tak mau melihat Ja Eun lagi dan menyuruhnya pergi, walaupun Ja Eun minta
maaf dan berjanji untuk membantu Mama Hwang bekerja di perkebunan.
Ja Eun masih
bertahan dan hal itu membuat Papa dan Mama Hwang bertengkar. Papa Hwang
meminta agar Ja Eun diijinkan tinggal di tenda tersebut, tapi Mama Hwang
berkeras untuk tetap mengusir Ja Eun.
Mama Hwang
benar-benar tak mengijinkan Ja Eun untuk tinggal di tenda. Bahkan saat
Ja Eun sedang memasak mie, ia malah menendang panci mie-nya hingga Papa
Hwang dan Tae Shik tak enak hati pada Ja Eun.
Malam harinya,
Ja Eun mendapat masalah baru. Ia ingin BAB, dan dari informasi Ha Na
(putri Mi Seok), di luar ada kakus kecil. Namun kakus itu tak memiliki
air. Ia berteriak-teriak memanggil Ha Na meminta tissue.
Setelah sekian
lama, ada sebuah tangan yang mengulurkan tissue padanya. Ja Eun
menerimanya dengan rasa terima kasih yang dalam pada Ha Na.
Benarkah tangan ini milik Ha Na?
Mama Hwang
kemudian datang untuk memberikan tissue sekaligus memberi peringatan
untuk pada Ja Eun bahkan tenda besok pagi. Tapi Eun Jae tak patah
semangat. Ia malah memamerkan tendanya pada Tae Hee yang baru pulang dan
berterima kasih atas sarannya yang brillian.
Ucapan terima
kasih itu didengar oleh Tae Pil yang langsung marah pada Tae Hee yang
menuduhnya tak loyal pada ibu mereka. Padahal, ibu mereka tak pernah
pilih kasih, walaupun Tae Hee bukan anak kandungnya. Dan hanya sampai
ini sajakah loyalitas Tae Hee pada Mama Hwang?
Tuduhan Tae
Pil membuat Tae Hee mengacuhkan Ja Eun pada keesokan harinya. Namun
perlakukan Tae Hee masih lebih baik daripada Mama Hwang dan Tae Pil yang
memaksa Ja Eun untuk pergi dari perkebunan mereka.
Mama Hwang tak
ingin melihat Ja Eun hari ini. Apalagi hari ini ada calon pembeli yang
ingin melihat bebek peliharaan Mama Hwang. Ia bahkan menutup jendela
kandang bebek saat melihat muka Ja Eun.
Namun tindakan
Mama Hwang yang menutup kandang bebek membuat bencana bagi bisnis
bebeknya. Ia yang telah menyombongkan bebeknya adalah bebek yang paling
bagus, ternyata hampir mati kepanasan di dalam kandang. Rupanya menutup
jendela kandang adalah hal yang terlarang di musim panas. Akibatnya
pembeli pun urung berbisinis dengan Mama Hwang.
Mama Hwang
yang kesal dan marah karena bebeknya tak terjual mulai menyalahkan Ja
Eun, walaupun sebenarnya kesalahan itu ia buat sendiri. Kekesalannya itu
membuat Mama Hwang menyemprotkan air ke tubuh Ja Eun. Untung saja ada
Papa Hwang dan Tae Bum yang menghentikannya.
Di dalam
rumah, Tae Bum menyarankan agar Mama Hwang tak mempedulikan Ja Eun. Jika
ia melakukan itu, cepat atau lambat Ja Eun pasti akan menyerah.
Namun Mama
Hwang tetap berpikiran lain. Ja Eun yang baru saja membersihkan badannya
di rumah Ha Na, kaget saat kehilangan tendanya. Ternyata Mama Hwang
telah mengemasinya dan menyuruhnya pergi.
Terpaksa Ja Eun pergi dan memindahkan tendanya. Beberapa langkah dari perkebunan Hwang.
Smart girl.
Tetangga yang
melihat Ja Eun, bertanya-tanya mengapa Ja Eun mendirikan tenda di luar
perkebunan Hwang? Mereka teringat ocehan Ja Eun saat mabuk dan dibawa
oleh polisi, kalau keluarga Hwang adalah pencuri. Benarkah perkebunan
ini milik Ja Eun?
Untungnya
Nenek dan Tae Pil baru saja pulang dan melihat keramaian ini. Untuk
menghentikan kecurigaan tetangga, Nenek buru-buru menyuruh Ja Eun untuk
mengemasi tendanya dan masuk ke dalam perkebunan.
Nenek
menyalahkan Mama Hwang karena sekarang tetangga mulai menggunjingkan
mereka. Akhir kata, Ja Eun tetap berkemah di dalam perkebunan. Titik.
Ja Eun kembali
lagi ke tempat semula. Malamnya, ia bertemu dengan Tae Hee untuk
mengorek informasi tentang Mama Hwang dan pekerjaannya di kebun. Tae Hee
yang masih teringat pada tuduhan Tae Pil tak menjawab. Namun perhatian
Ja Eun kemudian teralih melihat tangan Tae Hee.
Ia meraih
tangan Tae Hee dan melihat jam tangannya. Apakah Tae Hee, orang yang
memberinya tissue pada malam itu? Tae Hee tak menjawab jelas, ia malah
menuduh Ja Eun berbicara ngawur. Ja Eun memastikan tangan inilah yang
memberikan tissue padanya.
Tae Hee malah
tertarik pada pulpen Ja Eun. Sebelumnya ia pernah melihat pulpen itu di
tangan Seung Ri. Dimanakah Ja Eun membelinya? Dengan jujur, Ja Eun
menjawab kalau ayahnya yang memberikan pulpen itu yang ia dapat dari
suatu tempat.
Tae Hee pun berlalu sambil meminjam tanpa persetujuan dari Ja Eun. Sudah kehilangan pulpen, informasipun tak ia dapatkan.
Ketertarikan
Tae Hee akan pulpen Ja Eun karena ia melihat pulpen itu dimiliki oleh
Seung Ri, putri atasannya. Ia bertekat untuk memecahkan kasus penyuapan
saat penerimaan mahasiswa baru yang mengkambinghitamkan Ja Eun. Walaupun
atasan Tae Hee, kepala polisi, telah mengumumkan ke media kalau tak ada
kasus penyuapan apalagi keterlibatan Profesor Seo dalam penerimaan
mahasiswa.
Saat perayaan
chuseok, semua anggota keluarga Hwang pergi meninggalkan rumah yang
penuh dengan makanan dan gelas-piring kotor. Ja Eun yang sebelumnya
mencium bau masakan, tergoda untuk masuk. Ia mencicipi makanan, dan
melihat kalau sangat banyak cucian piring kotor Mama Hwang. Ia mulai
mencuci piring-piring tersebut, dan melihat banyak gelas yang
bertebaran, ia pun mulai mengumpulkannyadari kamar ke kamar.
Sayangnya,
saat ia keluar dari kamar Papa-Mama Hwang, keluarga Hwang datang. Mama
Hwang pun marah dan memukul Ja Eun, menuduhnya mencari-cari kontrak
rumahnya yang sudah hilang. Ja Eun membantahnya. Semenjak kertas itu
hilang, ia tak pernah berpikir untuk memiliki rumah ini lagi.
Mama Hwang tak
percaya. Ia melihat kalau Ja Eun menyembunyikan sesuatu di belakang
tubuhnya. Ia memaksa Ja Eun mengeluarkannya namun Ja Eun menolak. Mama
Hwang tetap memaksa, dan barang itu terjatuh ke lantai.
Dan itu adalah kue.
Anggota
keluarga yang lain semakin kelihatan tak enak hati pada Ja Eun. Hati
mereka semakin tak enak melihat dapur telah bersih dari piring kotor,
karena Ja Eun telah membersihkannya.
Rapat keluarga
pun diadakan. Semua orang mendukung kalau Ja Eun diperbolehkan tinggal.
Hanya Mama Hwang dan Tae Pil saja yang tak setuju. Mama Hwang kesal
pada keputusan keluarga tersebut. Tapi ia tetap melaksanakannya.
Pukul 4:32
pagi, ia membangunkan Ja Eun dan menyuruhnya mulai bekerja. Ia
memperbolehkan Ja Eun untuk bekerja di sampingnya selama 6 bulan tapi ia
melarang Ja Eun untuk masuk rumah. Ia akan menilai kinerja Ja Eun
selama 6 bulan kedepan. Ja Eun pun menyanggupinya dengan senang hati.
Namun sanggup bukan berarti langsung mahir. Karena beberapa hari mengikuti Mama Hwang, Ja
Eun melihat bagaimana kerasnya Mama Hwang bekerja di kebun. Ia pun tak
tahu kalau mematikan lampu (yang ia kira untuk menghemat energy) dapat
membuat anak bebek yang baru menetas kedinginan. Untungnya, ia dan Mama
Hwang berhasil menyelamatkan anak-anak bebek itu.
Diam-diam Tae
Hee masih tetap menyelidiki menyelidiki asal pulpen itu, yang ia curigai
memiliki hubungan antara Prof. Seo, ayah Ja Eun dan ayah Seung Ri.
Seung Ri pernah mengatakan kalau pulpen itu hanya ada satu di Korea,
pemberian dari ayahnya. Setelah ditelusuri, pulpen itu berasal dari
sebuah restoran di Hongkong, souvenir dari sebuah acara.
Pada suatu
malam di gudang, tak sengaja Tae Hee bertemu Ja Eun yang sedang
menggambar makanan dan minuman yang ia inginkan. Ja Eun kemudian
bercerita pengalamannya membantu Mama Hwang. Tae Hee mendengarkannya
tapi tak berkomentar banyak. Dan sebelum berpisah, Ja Eun (yang tak
dapat membelanjakan uang sesuka hatinya lagi) meminta dengan manis pada
Tae Hee agar lain kali Tae Hee membelikannya macchiato caramel
kesukaannya. Tapi Tae Hee tak memberi jawaban dan hanya berlalu pergi.
Mama Hwang
masih tetap keras dalam memperlakukan Ja Eun. Tapi sedikit demi sedikit,
hari demi hari, ia sedikit melunak pada Ja Eun. Apalagi saat pohon
pir-nya terserang hama. Ja Eun juga ikut khawatir dan membantu
menyemprot pestisida ke pohon, satu per satu, hingga larut malam.
Dan saat hujan
turun, bukannya mengkhawatirkan pestisida yang tak akan berguna karena
luruh terkena air hujan, tapi Mama Hwang malah mengkhawatirkan Ja Eun
yang pasti kedinginan di tengah hujan yang lebat.
Kebetulan Tae
Hee baru saja pulang kantor yang juga khawatir pada Ja Eun. Ia bertemu
dengan Mama Hwang yang berpura-pura tak khawatir namun keluar rumah di
tengah hujan lebat. Setelah mereka memanggil tanpa ada jawaban, Tae Hee
dan Mama Hwang masuk ke dalam tenda.
Ja Eun
tergolek lemas di dalam tenda dengan suhu tubuh yang tinggi. Tae Hee
buru-buru menggendong Ja Eun masuk ke dalam rumah. Mama Hwang
menyuruhnya untuk menempatkan Ja Eun di kamar lamanya, di loteng.
Ternyata Ja
Eun demam dan perutnya sakit karena datang bulan. Mama Hwang menemaninya
dan menghangatkan perut Ja Eun dengan tangannya, membuat Ja Eun merasa
nyaman. Ia belum pernah merasakan tangan ‘ibu’ karena ibu kandungnya meninggal saat ia berumur 2 tahun.
Mama Hwang merasa tersentuh mendengarnya, walaupun ia berpura-pura
tak peduli di depan Papa Hwang. Tapi keesokan harinya, Ja Eun terbangun
di tempat tidur lamanya di loteng dan mendapat sarapan pagi!
Hubungan Ja
Eun dan Mama Hwang semakin membaik, apalagi saat Ja Eun membela Mama
Hwang di hadapan Nenek yang menganggap Mama Hwang bukan menantu yang
dapat dibanggakan. Ja Eun tak peduli kalau Nenek menghardiknya karena
pembelaannya terdengar tak sopan pada orang yanglebih tua, tapi Nenek
tak seharusnya memperlakukan menantunya seperti itu.
Diam-diam Mama
Hwang gembira mendengar ucapan Ja Eun. Ketaksukaannya pada Ja Eun
semakin meluntur saat Ja Eun bersedia membantu Mama Hwang untuk
mengintip formula pakan bebek yang digunakan tetangga mereka, yang
mempunyai pelanggan dari restoran-restoran besar.
Tapi tentu
saja menerobos dan mengambil contoh pakan bukan urusan mudah kalau
bebek-bebek itu dijaga ketat. Mereka ketahuan, dan harus melarikan diri
dari kejaran tetangga yang marah itu.
Misi mengintip
gagal, tapi misi melunakkan hati Mama Hwang berhasil. Ja Eun pun
mengakui kalau ia bersalah pernah mengakui kalau ia sempat mencurigai
Mama Hwang yang mengambil surat kontraknya yang hilang. Tapi sekarang,
ia mengakui kalau ia salah.
Mama Hwang hanya diam, tak menanggapi kata-kata Ja Eun.
Tae Hee
akhirnya menemukan petunjuk tentang hubungan pulpen dengan ayah Ja Eun,
kepala polisi, dan satu nama yaitu Hong Man Shik, yang dikenal sebagai
supir Baek In Ho. Hong Man Shik yang sudah pensiun, sekarang berada di
China.
Penemuan itu
membuat Tae Hee senang dan merayakannya dengan temannya. Minum soju
lebih banyak, membuat Tae Hee mabuk. Dan apa ia lakukan sesampainya di
rumah?
Masuk ke dalam
tenda Ja Eun. Ja Eun kaget, tapi tak dapat mengusir Tae Hee. Tanpa
berkata sepatah katapun, Tae Hee memandang Ja Eun dalam membuat Ja Eun
salah tingkah. Setelah Tae Hee mengatakan perkembangan kasusnya, ia
terkapar menjatuhi Ja Eun.
Dan apa yang dilakukan Ja Eun jika ada seorang pria masuk ke tendanya?
Memotretnya untuk kemudian ia jadikan sebagai alat pemerasan.
Ja Eun
meng-MMS gambar tersebut, dan meminta es macchiato caramelnya, jika ia
tak mau foto tersebut menyebar di intranet kepolisian.
Hihihi.. kesempatan dalam kesempitan.
Tae Hee pun
terpaksa membelikan es macchiato caramel untuk Ja Eun. Tapi ia tak dapat
menyembunyikan kemarahannya karena Ja Eun mengembalikan foto lama
miliknya. Foto seorang wanita. Ia tetap marah walaupun tahu Ja Eun
menemukannya saat ia tertidur di tenda Ja Eun.
Namun
kemarahannya mereda, dan keesokan harinya ia meminta maaf pada Ja Eun
dengan membelikannya es kopi kesukaannya lagi. Tapi ia tetap tak mau
menceritakan siapa wanita yang aad di foto itu.
Saat
pernikahan Tae Bum (ya, akhirnya Tae Bum menikah, cerita lengkapnya
setelah kisah Tae Hee), Tae Hee pulang karena harus berganti pakaian. Ia
menemukan Ja Eun yang duduk terpekur di depan rumah.
Ja Eun sudah
berdandan cantik untuk pernikahan Tae Bum, tapi baru menyadari kalau ia
sebenarnya tak diundang di pernikahan. Tae Hee bersimpati padanya, dan
memintanya untuk menunggu di mobil. Mereka akan pergi ke pernikahan
bersama-sama.
Ja Eun
senang mendengarnya. Tae Hee pun mandi dan berganti pakaian. Hanya satu
yang kurang. Dasi. Tae Hee tak dapat memasang dasi sendiri, biasanya
ibunya yang melakukannya. Ja Eun pun menawarkan untuk memasangkan dasi
padanya.
Aww.. memasang
dasi ternyata membuat mereka canggung namun berdebar-debar. Setelah
dasi terpasang, dengan suara lirih Tae Hee meminta Ja Eun untuk naik ke
mobil.
Setelah
pernikahan Tae Bum, Ja Eun yang selalu mengunjungi loteng karena anak
bebek yang baru lahir diletakkan di atas loteng, menemukan Mama Hwang
sedang minum soju dan memandang foto kanak-kanak Tae Bum.
Melepas
seorang anak untuk menikah ternyata membuat Mama Hwang galau. Ja Eun pun
menceritakan kalau ia sebenarnya juga sedang galau karena mendapati
kenyataan kalau hidup ibu tirinya yang dulu melarikan diri, sekarang
menyedihkan dan hidup di kamar kecil. Mereka berdua akhirnya minum soju
bersama-sama.
Tak diragukan
lagi, Mama Hwang mulai melunak pada Ja Eun. Karena keesokan harinya Ja
Eun diundang untuk sarapan di rumah, karena Mama Hwang memasak makanan
yang menyembuhkan rasa mabuk setelah minum soju.
Saat Ja Eun
membantu Mama Hwang dan Nenek mengupas cabai kering, ia mengetahui kalau
selama ini Tae Hee tak pernah memiliki pacar yang ia kenalkan pada
keluarga. Dengan nada bergurau, Nenek mencurigai Tae Hee yang menyukai
sesama jenis.
Kecurigaan itu
menular pada Ja Eun yang bertemu dengan Tae Hee di toko roti. Tanpa
basa-basi, Ja Eun bertanya pada Tae Hee apakah ia menyukai laki-laki? Ja
Eun berjanji akan merahasiakannya pada keluarga Hwang jika kenyataannya
seperti itu. “Jika kau melihat gadis cantik sepertiku dan tak merasakan
apapun, maka ini benar-benar masalah serius, Om.”
Tae Hee hanya
memandang Ja Eun tanpa sepatah katapun. Ja Eun menyimpulkan kalau Tae
Hee memang tak merasakan apapun juga. Dan ini benar-benar masalah besar.
Tiba-tiba Tae
Hee bangkit dan mencondongkan tubuhnya ke arah Ja Eun, membuat Ja Eun
panik karena Tae Hee sangat dekat sekali dengannya. Kedekatan itu
berlangsung cukup lama, dan Tae Hee tetap tak mengatakan sepatah
katapun.
“Jangan bercanda lagi.” |
Ja
Eun pun mengangguk-angguk. Tae Hee pun kembali ke posisinya. Tapi Ja Eun
yang masih belum kembali ke posisinya. Jantungnya berdebar-debar dan
tangannya pun gemetar. Sepertinya ia yang merasakan sesuatu.
Tae Hee? Hmmm…
Di rumah, Mama
Hwang mendapat kiriman mesin pencuci piring, yang dibeli oleh Ja Eun.
Nenek memuji Mama Hwang yang bernasib baik, memiliki suami yang baik,
anak-anak yang berbakti, dan sekarang ada gadis yang numpang tinggal di
halaman rumah mereka, membelikan barang yang mahal untuknya.
Tapi Mama
Hwang malah merasa gundah dengan pemberian tersebut. Apalagi Ja Eun
beralasan kalau alasannya membelikan mesin ini karena ia kasihan melihat
pekerjaan Mama Hwang yang sangat banyak. Dari mengurus kebun, bebek,
memasak, dan membersihkan rumah. Ia merasa mesin ini akan sangat
membantu Mama Hwang.
Bagaimana mungkin Mama Hwang tak galau melihat kebaikan hati Ja Eun?
Gadis yang tak dikenalnya, yang mulai melunakkan hatinya?
Gadis yang melunakkan hatinya, namun pemilik asli perkebunan yang ia sekarang tempati?
Gadis pemilik asli perkebunan, yang kehilangan surat kontrak pinjam rumah?
Gadis yang kehilangan surat kontrak pinjam rumah, yang surat kontrak itu sekarang ada di tangannya?
Mama Hwang hanya dapat menangis dan memegang erat surat kontrak tersebut.
Tae Pil yang
kebetulan melihat ibunya menangis, menyadari surat apa yang dipegang
Mama Hwang. Tae Pil mengingat saat-saat ia dan ibunya berlaku jahat pada
Ja Eun. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Apalagi saat Mama Hwang
akhirnya menyuruh Ja Eun untuk memindahkan barang-barangnya ke loteng,
karena cuaca sudah mulai dingin.
Ingin
berbicara dengan Tae Bum, tapi Tae Bum terlalu sibuk. Memanggil Tae Bum
dan Tae Shik untuk minum bersama, mereka tak sempat. Ia baru menyadari
kalau dirinya hanyalah anak bungsu yang tak dianggap dan tak memiliki
pendapat. Ia pun minum sampai mabuk.
Pulang dengan
kondisi mabuk, ia langsung mengusir Ja Eun yang baru turun dari loteng,
mengatakan kalau Ja Eun seharusnya pergi dari rumah karena ibunya
pemilik sah perkebunan ini, dan Ja Eun sudah kehilangan surat kontrak
itu. Ibu dan Ja Eun bingung melihat kelakuan Tae Pil.
Setelah Ja Eun
diusir keluar pintu, Tae Pil yang mabuk berkata pada Mama Hwang kalau
ibu tak perlu khawatir dan merasa bersalah saat memandang Ja Eun. Kenapa
juga ibu tak membakar surat kontrak itu?
Dan ibu pun sadar kalau Tae Pil mengetahui rahasianya.
Kisah Tae Bum – Soo Young
Tae Bum masih
menolak untuk menikah. Akhirnya sebagai penjajagan, mereka sepakat untuk
berkencan dahulu. Dan dari sana, Tae Bum dan Soo Young menemukan
pribadi calonnya yang berbeda dari yang terlihat sebelumnya.
Soo Young
ternyata tak sesempurna wanita yang dibayangkan Tae Bum. Dan Tae Bum pun
juga tak se-playboy dan tak bertanggung jawab seperti yang dibayangkan
Soo Young. Dari Tae Hee, ia mengetahui kalau Tae Bum terlambat bekerja
di Stasiun TV -pekerjaan yang ia idam-idamkan- karena ia harus bekerja
di tempat yang menghasilkan banyak uang untuk menutupi hutang keluarga.
Dari pengakuan Tae Bum, Soo Young menyadari kalau Tae Bum kelihatan
seperti playboy karena ia tak dapat melupakan cinta pertamanya.
Namun
penjajagan itu harus dipercepat sebagai pernikahan karena secara tak
sengaja Tae Hee dan Tae Pil mengetahui rahasia mereka. Begitu pula Tante
Soo Young yang baru pulang dari Amerika. Dan semuanya itu akhirnya
merembet pada orang tua mereka.
Hasilnya pun akhirnya final. Tae Bum dan Soo Young akan menikah.
Kompromi pun
dilakukan. Mereka sepakat membuat kontrak pernikahan selama satu tahun,
tapi kontrak itu mengijinkan mereka untuk bertemu dengan seseorang yang
disuka. Setelah setahun, baru dibicarakan lagi, apakah mereka masih
ingin meneruskan pernikahan ataukah tidak. Jika berpacaran saat menikah?
Soo Young memperbolehkan hal itu. Asalkan tak ketahuan olehnya, kalau
tidak Tae Bum akan mati, ancamnya.
Kompromi
antara dua orang adalah hal yang cukup sulit. Lebih sulit lagi adalah
kompromi dengan kedua belah pihak keluarga. Walaupun sedikit ada
hubungan, Tae Shik adalah rekan kerja ayah Soo Young di rumah sakit,
jelas sekali kalau keluarga Soo Young berada di kalangan elit, sementara
Keluarga Tae Bum dari kalangan menengah.
Tapi kedua
pihak sama-sama tak mau jika mereka hanya mengundang 50 undangan di
pesta pernikahan itu. Yang berarti tiap keluarga hanya menerima jatah 25
undangan.
Walaupun
keluarga keberatan, tapi keputusan mempelai sudah final. Ibu Soo Young
hanya dapat memberikan rumah untuk ditempati mempelai baru. Keluarga
Hwang tentu tak menyukai hal ini, tapi alasan Ibu Soo Young masuk akal
karena Soo Young sedang hamil. Yang tak mereka ketahui adalah rumah
tersebut tepat bersebelahan dengan rumah Keluarga Cha. Nomornya saja 101
dan 102.
Kejutan demi
kejutan terjadi di pernikahan ini. Kejutan terbesar adalah upacara
pernikahan tersebut harus dipercepat, dan pasangan pengantin kabur saat
itu juga karena video yang harus ditayangkan di televisi hilang dan
harus diedit ulang.
Tae Hee dan Ja
Eun yang terlambat datang ke pernikahan pun terheran-heran melihat run
away bride yang baru saja lewat ke hadapan mereka.
Ja Eun: “Bukannya itu Tae Bum-ssi dan istrinya?”
Tae Hee: “Sepertinya begitu.”
|
Dan beginilah
foto keluarga pernikahan Hwang Tae Bum dan Cha Soo Young. Dan tentu saja
mereka akan berterima kasih pada photoshopped yang akan memotong foto
pengantin dan meletakkannya di tengah-tengah foto.
Kejutan
berikutnya datang dari ibu Soo Young yang datang membawakan sarapan bagi
pasangan pengantin baru. Datangnya pun bukan dengan mengetok pintu,
tapi membuka pintu bahkan melihat menantunya yang tidur tergeletak di
ruang tengah.
Tae Bum tentu
marah pada Soo Young (yang baru saja memberinya kejutan : wajah aslinya
tanpa make up dan style berantakan) dan langsung merubah password pintu
rumahnya.
Namun hal itu
tak ada gunanya, karena ibu Soo Young menggunakan masterkey untuk masuk
ke dalam rumah mereka, dan mengganti celana dalam Tae Bum yang sudah
usang dan menggantinya dengan yang baru.
Tae Bum tentu
saja marah. Bukan pada Soo Young, tapi ibu Soo Young yang berdalih kalau
ia menghargai menantunya seperti ia menghargai Soo Young. Jadi ia
mengganti semuanya dan menolak menaruh celana dalam yang lama, karena ia
sudah membuangnya semua.
Hmm.. trouble.
Kisah Tae Pil
Tae Pil
adalah anak bungsu keluarga Hwang yang sampai sekarang belum memiliki
pekerjaan tetap. Ia bercita-cita untuk memiliki usaha sendiri. Maka ia
berusaha mencari uang untuk modal usahanya. Dari meminjam uang dari para
noona yang ia kenal, sampai meminjam paksa pada Tae Hee ataupun Tae
Bum.
Suatu saat ia
melihat seorang noona yang meninggalkan kontrak jual beli toko. Tapi ia
melihat kalau toko tersebut tak memiliki prospek yang bagus. Ia
mengatakan pendapatnya pada noona tersebut.
Tapi noona tersebut tak mau percaya pada Tae Pil, karena ia sebelumnya ia melihat Tae Pil menggoda wanita-wanita seusianya, tak mengatakan jati dirinya yang sebenarnya, malah menggunakan kartu namanya Tae Bum sebagai reporter TV.
Noona tersebut
bahkan memberikan tendangan mautnya saat Tae Pil terasa seperti
menggodanya. Ia menyuruh Tae Pil untuk tak mengikutinya.
Jadi alangkah kagetnya Tae Pil saat ia melihat noona tersebut di
pernikahan Tae Bum, bersama calon kakak iparnya pula. Noona tersebut
sudah hampir melempar vas bunga jika Soo Young tak menahan tantenya.
Tante? Iya Yoo
Eul adalah tante Soo Young yang usianya sedikit lebih muda daripada Soo
Young. Tante yang baru saja bercerai, kembali dari Amerika dan langsung
membeli sebuah toko outdoor sport tanpa penyelidikan lebih dalam.
Pendapat Tae
Pil ternyata sama dengan kabar yang diberikan oleh ayah Soo Young. Toko
itu bahkan deficit selama 6 bulan. Merek yang dijual berkualitas bagus,
tapi entah kenapa toko itu satu-satunya outlet yang mempunyai laba
minus.
Jadi saat ia
bertemu dengan Tae Pil, ia bersemangat dan ingin mengajaknya berbicara.
Tapi Tae Pil yang saat itu sedang bad mood karena mengetahui rahasia
ibunya, tak ingin berbicara dengan Tante itu. Yoo Eul kemudian
memintanya nomor telepon Tae Pil agar ia bisa meneleponnya di kemudian
hari.
Kisah Tae Shik
Tae Shik
akhirnya bertemu dengan Ye Jin, gadis cantik yang dikenalkan oleh ayah
Soo Young. Tae Shik suka sekali pada Ye Jin, walaupun Mi Seok kelihatan
tak menyukai Ye Jin.
Secara tak
sengaja Mi Seok mendengar kalau Ye Jin memiliki hutang kartu kredit, dan
mengatakan kalau ia akan menyelesaikannya karena sebentar lagi ia akan
menikah. Ia menunjukkan ketaksukaannya pada Ye Jin, membuat Tae Shik
menduga kalau Mi Seok menyukainya (yang memang dugaan tersebut benar
adanya).
Kata-kata Mi
Seok tentu saja tak didengar oleh Tae Shik. Apalagi keluarganya langsung
menyukai Ye Jin saat Tae Shik membawanya ke pesta pernikahan Tae Bum.
Keluarg Hwang berharap kalau sebentar lagi Tae Shik akan menikah dengan
Ye Jin.
Tae Shik pun juga berharap seperti itu, karena ia sudah memperkenalkan Ye Jin pada orang tuanya.
Hanya satu hal yang mengganjal pernikahan tersebut.
Wanita yang dipacarinya saat ia tinggal di Filipina mengirimkan email kalau ia telah mengirimkan anaknya ke Korea .
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang belum pernah ia tahu keberadaannya.
O-oh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar