Ja Eun gemetar,
gugup sekaligus gembira mendengar ayahnya masih hidup bahkan sekarang
sudah ada di bandara. Jae Ha, melihat Ja Eun yang tak bergerak karena
mendengar berita itu, menawarkan diri untuk mengantarkan Ja Eun menemui
ayahnya.
Di bandara, Ja Eun
tak dapat menahan tangis lebih lama lagi melihat ayahnya berdiri dalam
kondisi sehat wal afiat. Ia berlari dan memeluk ayahnya menanyakan
kesehatan ayahnya. Sama-sama menangis, ayah membalas pelukan Ja Eun,
menenangkannya kalau ia baik-baik saja.
Jae Ha hanya dapat menyaksikan pertemuan ayah dan anak itu dari kejauhan.
Di restoran, ayah
masih meminta Tae Hee yang memutuskan Ja Eun. Antara Ja Eun dan Tae Hee,
ayah memilih Tae Hee yang terluka daripada Ja Eun. Ayah percaya kalau
Tae Hee pasti juga memliki pikiran yang sama dengannya, tak ingin melukai Ja Eun dengan kenyataan tragis ini. Ayah minta Tae Hee untuk memutuskan sebelum akhir minggu ini.
Tae Hee memanggil Ayah untuk memohon, tapi Ayah tetap pada pendiriannya.
Jika Tae Hee tak ingin Ja Eun tahu, Tae Hee harus putus sebelum akhir
minggu. Tak seperti Tae Hee yang biasanya, Tae Hee menangis.
Perasaan Tae Hee tak
keruan sekarang. Seperti ingin mendapat dukungan, ia mencengkeram
pegangan tangga dengan erat. Permintaan ayah sangat mengejutkannya.
Namun ada lagi
kejutan lain yang menunggunya. Dong Min meneleponnya, dan dengan
gembira ia mengabarkan kalau Baek In Ho ternyata masih hidup dan telah
kembali! Dong Min menyuruh Tae Hee untuk segera menelepon Ja Eun, karena
Ja Eun pasti gembira mendengar.
Di restoran, ayah menceritakan bagaimana ia terbangun di rumah sakit
setelah kapal tenggelam, setelah tak sadarkan diri sekian lama. Setelah
sadar, ia langsung menelepon Ja Eun dan istrinya, tapi nomor telepon
mereka telah berubah. Hal ini membuatnya khawatir. Untung ia dapat
menghubungi Hong Man Shik, supirnya, di Cina. Darinyalah ia mendapat
nomor telepon Ja Eun.
Ayah terkejut
sekaligus senang mendengar Ja Eun tinggal di perkebunan Hwang dan
diperlakukan seperti keluarga sendiri oleh Keluarga Hwang.
Ja Eun mengajaknya untuk langsung menemui keluarga Hwang yang pasti
sangat gembira bertemu dengannya. Ayah menyetujui ide Ja Eun.
Jae Ha yang tanggap dengan kemungkinan yang akan terjadi, meminta Ja Eun
untuk mengurungkan niatnya. Ayah Ja Eun tentunya sangat lelah setelah
perjalanan jauh apalagi ia baru saja keluar dari rumah sakit. Ia
menawarkan apartemen yang tak pernah ia diami untuk ditempati sementara
oleh Ja Eun dan ayahnya. Karena Ja Eun ragu, ia mengatakan kalau Tae Hee
yang menyuruhnya.
Ja Eun mulanya ragu karena ia telah menelepon Tae Hee sebelumnya tapi
tak diangkat oleh Tae Hee. Tapi mendengar kalau Jae Ha baru saja
meneleponnya, ia percaya dan dengan gembira menyetujuinya.
Ayah merasa Ja Eun
menjadi lebih gembira saat membicarakan Tae Hee. Siapakah Tae Hee?
Apakah ia pacar Ja Eun? Ayah Ja Eun hanya bisa ber aigooo… menggodanya
saat Ja Eun malu-malu mengiyakannya.
Jae Ha memberi tahu
Tae Hee tentang kepulangan Baek In Ho. Dan karena tahu Ja Eun ingin
membawa ayahnya ke perkebunan, ia langsung menawarkan apartemennya yang
tak terpakai untuk mereka tempati sementara. Sebenarnya Ja Eun merasa
keberatan, tapi begitu ia menggunakan alasan Tae Hee yang menyarankan,
maka Ja Eun tak menolak usulan tersebut.
Tae Hee
berterima kasih atas inisiatif Jae Ha. Ia bahkan meminta tolong agar Jae
Ha dapat meminjamkan tempat itu lebih lama agar Baek In Ho dapat
tinggal bersama Ja Eun.
Di rumah orang tua Soo Young, semua tak habis pikir tentang pasangan
baru. Soo Young masih terheran-heran, dari semua pria, kenapa harus adik
Tae Bum? Tae Bum malah menyalahkan Yoo Eul yang seharusnya lebih tua,
seharusnya lebih mawas diri. Hampir saja Ibu keluar tanduknya mendengar
Tae Bum yang menyalahkan Yoo Eul terus, jika Tae Bum tak menyadarinya.
Tapi dengan halus
Tae Bum berkata, kalau tak penting siapa yang memulainya, tapi jika
salah satu pihak tak menanggapinya, pasti semua ini tak akan terjadi.
Tae Bum mengibaratkan dengan bertepuk tangan, jika satu tangan tak
menanggapi, pasti tak ada suara tepukan bukan? Dengan kata-kata itu, ibu
pun tenang kembali.
Sementara itu
Tae Pil dan Yoo Eul duduk di restoran, sama-sama tak mengangkat
handphone yang terus menerus berdering. Tae Pil ingin mengangkat telepon
itu tapi ditahan oleh Yoo Eul. Mengapa Yoo Eul harus takut? Mereka kan
bukan anak kecil lagi. Yaa.. tapi bukannya mereka bersaudara ipar?
Tae Pil tak
peduli masalah itu, karena toh mereka tak akan menikah. Mendengar
keengganan Tae Pil untuk menikah membuat Yoo Eul terlihat sedih. Dan Tae
Pil pun bertanya, apakah Yoo Eul memang ingin menikah?
Yoo Eul
buru-buru menyanggahnya, ia belum ingin menikah, besok-besok sih, iya..
tapi tidak sekarang. Tae Pil mengatakan kalau begitu beres. Mereka bukan
anak kecil dan belum akan menikah, apa yang harus ditakutkan lagi? Yoo
Eul setuju. Tapi karena cara berpikir kakaknya beda dengan orang
kebanyakan, maka mereka harus punya jawaban lain.
Dan jawaban
itu adalah mereka tak punya hubungan apapun. Sama seperti Tae Pil
menggunakan Yoo Eul agar berpura-pura menjadi pacarnya untuk
menyingkirkan wanita yang mengejar Tae Pil, begitu pula Yoo Eul kali
ini. Tae Bum tak mempercayainya, apalagi ibu. Karena ia melihat sendiri
bagaimana Tae Pil menarik tangan Yoo Eul dan menariknya pergi.
Tae Pil berkata tak mungkin menyukai pemilik toko tempatnya bekerja, karena di mata Tae Pil, Yoo Eul bukanlah seorang wanita.
Tae Pil
semakin menambah-nambahi kalau usia Yoo Eul yang 30 tahun membuat Yoo
Eul bukan wanita ideal. Karena wanita idealnya, seperti yang diketahui
Tae Bum, adalah wanita muda, mungil dan lucu hingga bisa disimpan di
saku.
Yoo Eul pun tak mau kalah mengatakan kalau ia tak akan mau berpacaran dengan laki-laki yang tak memiliki apa-apa.
Tae Pil juga
berkata kalau kualifikasi Yoo Eul (yang telah bercerai) hanya akan
membuat ibunya pingsan jika ia membawanya menemui ibunya.
Semuanya
percaya dengan bualan Tae Pil dan Yoo Eul. Walaupun Yoo Eul tahu yang
dikatakan Tae Pil hanya bualan, tapi Yoo Eul merasa sedikit sedih dan
tersinggung mendengarnya.
Ditemani Jae
Ha, Tae Hee menemi ayah Ja Eun di apartemen. Ja Eun dan Ayah yang akan
minum teh favorit ayah, menyambut gembira kedatangan Tae Hee. Ja Eun
memperkenalkan Tae Hee pada ayah dan dengan senyum lebar ayah langsung
mengulurkan tangan pada pacar anaknya itu.
Tae Hee hanya
memandang Baek In Ho, sesaat tak membalas uluran tangannya. Tapi
akhirnya ia menjabat tangan ayah Ja Eun. Ayah Ja Eun mengagumi sekaligus
menyetujui Tae Hee menjadi pacar Ja Eun, bahkan bergurau kalau ia pasti
akan cemburu kalau Ja Eun terlalu menyukai Tae Hee daripada dirinya.
Mendadak Ja
Eun teringat kalau ia belum menelepon ibu yang pasti khawatir
menunggunya di rumah. Tapi Tae Hee mengatakan kalau ia akan menyampaikan
pesan pada ibunya, jadi Ja Eun tak perlu menelepon lagi. Ja Eun pun
mengikuti kata-kata Tae Hee.
Tae Hee, yang
melihat kedekatan Ja Eun dan ayahnya, hanya terdiam dan memandang Ja
Eun. Ja Eun yang merasa diperhatikan Tae Hee hanya dapat memandang
balik, dan tatapan matanya seperti bertanya apa yang ada dalam pikiran
Tae Hee. Tae Hee hanya menggeleng dan tersenyum pada Ja Eun.
Namun saat sendirian di dalam mobil, Tae Hee menangis, melepaskan semua perasaan yang menghimpit dadanya, menekan perasaannya.
Sesampainya di
rumah, Tae Hee menyampaikan pada ayah dan ibu kalau Ja Eun hari ini tak
pulang karena harus lembur dan menginap di kantor, membuat Ibu khawatir
akan kesehatan Ja Eun. Tae Hee juga memberitahu Ayah kalau ia akan
melakukan permintaan Ayah sebelum akhir minggu ini tapi ia minta Ayah
berjanji untuk tak membertahukan tentang kejadian tabrak lari itu. Ayah
menyetujuinya.
Ibu melihat
Tae Hee yang paras Tae Hee yang pucat dan berantakan mengikuti Tae Hee
ke dalam kamar. Sambil menangis ibu meminta maaf pada Tae Hee karena ia
tak dapat melindungi keduanya.
Kesedihan Ibu
tak dapat ditutupi dari ayah. Walaupun ayah mencoba mengambil sisi
positifnya karena Tae Hee mau menerima permintaannya. Dan dengan
berjalannya waktu, perasaan Tae Hee dan Ja Eun akan membaik.
Tapi ibu masih
sedih. Ia mencoba menutupi isak tangisnya dari ayah, sehingga ayah
meminta ibu untuk mengeluarkan tangisnya saja. Di saat seperti ini, ibu
bisa menangis tanpa malu menghadapinya. Tapi ibu mengatakan kalau ia tak
akan menangis.
Di apartemen,
Ja Eun menceritakan bagaimana ia bisa menemukan perkebunan dan tinggal
bersama keluarga Hwang, minus diusir dan surat kontrak dicuri. Ayah
merasa bersyukur karena Keluarga Hwang memperlakukannya seperti keluarga
sendiri.
Tapi ia sangat
kaget mendengar Ja Eun dituduh masuk ke universitas melalui jalur
belakang. Karena ia sama sekali tak mengenal Prof. Seo apalagi
memberikan jam tangan padanya.
Pagi harinya
saat sarapan, Nenek memperhatikan absennya Tae Hee dan Ja Eun yang tak
sarapan. Ibu menjelaskan kalau Ja Eun lembur dan menginap, sedangkan Tae
Hee kemarin malam hanya pulang sebentar untuk berganti baju dan pergi
lagi.
Tae Pil yang
(selalu) curiga, langsung menduga kalau mungkin mereka sedang berduaan
semalaman, membuat Nenek waspada. Tae Pil berceletuk kalau mungkin
sebentar lagi nenek akan melihat bayi lagi sebelum ada pernikahan.
Tae Shik menegur Tae Pil kalau ia tak boleh berkata seperti itu.Tapi kemudian ia malah tertawa senang.
Tae Shik menegur Tae Pil kalau ia tak boleh berkata seperti itu.Tapi kemudian ia malah tertawa senang.
Nenek? Di luar dugaan nenek juga tertawa bahagia mendengar dugaan Tae Pil. Hanya ayah dan ibu yang tak ikut tertawa.
Ternyata Tae
Hee menunggu kemunculan Baek In Ho yang keluar apartemen. Tanpa
basa-basi, ia memperkenalkan dirinya yang sebenarnya kalau ia bukanlah
anak Hwang Chang Shik tapi keponakannya yang diadopsi karena ayahnya
meninggal. Dan ayah, ibu dan dirinya sudah tahu, jadi ia minta Baek In
Ho untuk tak pergi ke perkebunan karena ia tak dapat mengendalikan
ayahnya jika ayah melihat Baek In Ho.
Ayah Ja Eun
bingung mendengar kata-kata Tae Hee, sebenarnya apa yang Tae Hee maksud?
Tapi Tae Hee tak menjawab malah meneruskan kalau semua orang di dunia
boleh tahu tentang masalah itu, tapi tidak dengan Ja Eun. Tae Hee tak
akan memaafkan Baek In Ho, tapi jika ia dapat berjanji untuk menutupi masalah tersebut di depan Ja Eun, ia akan mengubur masalah itu.
Baek In Ho
menemui Kepala Polisi, dan langsung mecengkeram bajunya.
Berani-beraninya ia mengkambinghitamkan anaknya, Ja Eun atas kasus
sogokan ke universitas? Kepala polisilah yang menyuruhnya untuk
membelikan jam tangan itu, jadi sekarang ia minta agar Kepala Polisi
mengumumkan ke public kalau ia tak pernah menyogok universitas untku
memasukkan Ja Eun.
Kepala polisi menolak karena Baek In Ho tak pantas meminta hal itu karena kasus tabrak lari 26 tahun yang lalu.
Baek In Ho menyadari karena peristiwa tabrak lari itu, ia harus mengikuti semua permintaan Kepala Polisi, tapi kali ini ia tak mau. Ia akan menemui korban tabrak lari itu dan memohon ampunan menerima apapun hukuman darinya walau sudah terlambat. Dengan begitu, Kepala polisi tak dapat menekannya lagi dan harus mengungkapkan kebenaran dari kasus sogokan itu.
Baek In Ho menyadari karena peristiwa tabrak lari itu, ia harus mengikuti semua permintaan Kepala Polisi, tapi kali ini ia tak mau. Ia akan menemui korban tabrak lari itu dan memohon ampunan menerima apapun hukuman darinya walau sudah terlambat. Dengan begitu, Kepala polisi tak dapat menekannya lagi dan harus mengungkapkan kebenaran dari kasus sogokan itu.
Dengan licik
Kepala Polisi mengatakan kalau hal itu tak mungkin dilakukan karena
korban itu sudah mati. In Ho telah menabrak orang itu hingga tewas. Baek
In Ho tak percaya dengan kata-kata Kepala Polisi, bagaimana mungkin ia
dapat membunuh orang? Ia bahkan tak ingat kalau ia menyetir mobil, jadi
bagaimana mungkin ia bisa membunuh orang?
Kepala polisi
menyalahkan In Ho yang mabuk pada saat itu.Dan ia mengatakan berita yang
lebih mengejutkan lagi, yaitu orang yang mati ditabrak adalah adik
Hwang Chang Shik, ayah dari Hwang Tae Hee-pacar Ja Eun sekarang. Saat
itu ayah In Ho tak mau melukai perasaan anaknya yang membunuh saudara
teman kecilnya, maka ayah In Ho meminta bantuannya untuk menutupi
masalah tersebut.
Sekarang 26
tahun telah berlalu, kasus itu tak dapat dibuka lagi karena sudah
melewati masa hukum. Jika kasus itu dibuka lagi, In Ho juga tak dapat
ditahan. Jadi ia menyuruh Baek In Ho agar tutup mulut tentang kasus
sogokan, dan ia akan tutup mulut juga.
Baek In Ho
keluar kantor polisi dengan sebuah kesadaran baru yang sangat pahit. Ia
teringat kata-kata Tae Hee pagi ini yang mengatakan walau Tae Hee tak
dapat memaafkannya, tapi demi Ja Eun ia akan menutupi kasus itu dari Ja
Eun.
Sementara itu
Tae Shik berusaha membereskan masalah kartu kreditnya dengan menemui
pegawai bank dan memberikan makanan, yang langsung dianggap sogokan oleh
pegawai bank itu.
Mi Seok
didatangi oleh kakak iparnya, ayah Ha Na. Selama ini Ha Na masih
terdaftar menjadi anak kakaknya. Tapi karena sekarang ayah Ha Na akan
menikah lagi, ia berencana memindahkan nama Ha Na.
Mi Seok mengerti alasan kakak iparnya, karena selama ini Ha Na pun juga bersamanya. Ia menenangkan kakak iparnya yang merasa tak enak pada Mi Seok, karena ia sendiri juga memiliki keinginan seperti itu.
Mi Seok mengerti alasan kakak iparnya, karena selama ini Ha Na pun juga bersamanya. Ia menenangkan kakak iparnya yang merasa tak enak pada Mi Seok, karena ia sendiri juga memiliki keinginan seperti itu.
Tae Shik
memuji Mi Seok yang sudah menjadi ibu yang hebat bagi Ha Na. Karena Mi
Seok, Ha Na tak pernah merasa kehilangan karena tak memiliki ayah. Tapi
Ha Na tak akan dapat hidup tanpa Mi Seok.
Mi Seok pun
menambahkan kalau ia pun juga tak dapat hidup tanpa Ha Na. Tapi yang
menjadi mengubah marga Ha Na menjadi marganya. Tapi Mi Seok khawatir
jika ia menikah lagi, marga Ha Na akan berubah lagi. Mi Seok pun
menanyakan bagaimana baiknya pada Tae Shik.
Tae Shik kaget
dan hanya terucap kata, “Hah?” dari mulutnya. Maka Mi Seok pun
memperjelas kata-katanya. Ia sebentar lagi akan menikah, kan? Apakah ia
harus menunggu saja sebentar lagiuntuk mendaftarkan nama Ha Na? Tae Shik
tak menjawab malah melanjutkan makannya, membuat Mi Seok setengah
gondok dan bertanya-tanya dalam hati.
Keengganan Tae Shik rupanya berkaitan dengan masalah finansialnya yang masih belum stabil. Di buku tabungannya saja hanya tersisa 500 ribu won saja.
Ia bisa membayangkan saat ia menikah dengan Mi Seok, ia akan menjadi Bapak Rumah Tangga, sementara Mi Seok yang mencari nafkah. Setiap hari ia memasak, dan harus siap diomeli karena membelanjakan uang yang lebih banyak dari yang seharusnya. Gook Soo pun kalau meminta perlengkapan alat tulis harus minta ke Mi Seok bukannya ke ayahnya sendiri.
Membayangkan hal itu ia bergidik ngeri. Untung ada suara telepon yang menyelamatkannya dari bayangan yang mengerikan itu. Tapi ia terbelalak mendengar kabar yang dibawa dari orang di ujung telepon.
Keengganan Tae Shik rupanya berkaitan dengan masalah finansialnya yang masih belum stabil. Di buku tabungannya saja hanya tersisa 500 ribu won saja.
Ia bisa membayangkan saat ia menikah dengan Mi Seok, ia akan menjadi Bapak Rumah Tangga, sementara Mi Seok yang mencari nafkah. Setiap hari ia memasak, dan harus siap diomeli karena membelanjakan uang yang lebih banyak dari yang seharusnya. Gook Soo pun kalau meminta perlengkapan alat tulis harus minta ke Mi Seok bukannya ke ayahnya sendiri.
Membayangkan hal itu ia bergidik ngeri. Untung ada suara telepon yang menyelamatkannya dari bayangan yang mengerikan itu. Tapi ia terbelalak mendengar kabar yang dibawa dari orang di ujung telepon.
Tae Bum dan
Soo Young masih menjalani masa bulan madu mereka. Jika perasaan sudah
cinta, maka bulan madu dapat dilakukan dimana saja, misalnya di
supermarket.
Mereka berbelanja, dengan Soo Young memakan (bukan mencicipi) sampel makanan yang disediakan. Tae Bum berbisik merencanakan apa yang akan mereka lakukan malam itu.
Mereka berbelanja, dengan Soo Young memakan (bukan mencicipi) sampel makanan yang disediakan. Tae Bum berbisik merencanakan apa yang akan mereka lakukan malam itu.
Tapi apapun rencana itu harus ditunda, karena ibu Soo Young datang dan sudah mempersiapkan makan malam untuk mereka.
Tak ingin mengusir ibu, mereka makan malam secepat kilat dan nasi pun langsung tandas. Ibu kaget melihat betapa kelaparannya mereka dan menawari untuk tambah. Tentu saja Tae Bum da Soo Young langsung menolak.
Tak ingin mengusir ibu, mereka makan malam secepat kilat dan nasi pun langsung tandas. Ibu kaget melihat betapa kelaparannya mereka dan menawari untuk tambah. Tentu saja Tae Bum da Soo Young langsung menolak.
Sudah, Bu? Tentu belum. Karena setelah makan harus minum, maka Ibu telah menyediakan teh untuk mereka nikmati bersama.
Ibu meminum
teh perlahan-lahan, menutup mata untuk menikmati aromanya. Tapi tidak
dengan anak dan menantunya. Soo Young dan Tae Bum minum secepat kilat.
Saking terburu-burunya, lidah Tae Bum terbakar karena teh itu masih panas. Saat ibu selesai meminum beberapa teguk dan membuka mata betapa kagetnya ia karena gelas Tae Bum telah kosong. Mereka kembali menolak untuk tambah.
Saking terburu-burunya, lidah Tae Bum terbakar karena teh itu masih panas. Saat ibu selesai meminum beberapa teguk dan membuka mata betapa kagetnya ia karena gelas Tae Bum telah kosong. Mereka kembali menolak untuk tambah.
Tapi
setidaknya acara minum teh sudah selesai. Ibu pulang, Tae Bum dan Soo
Young pun bisa masuk kamar dengan tenang melanjutkan apa yang akan
rencanakan malam ini.
Tapi tiba-tiba
ibu muncul lagi karena ia melupakan sesuatu. Ia minta Tae Bum untuk
membacakan buku sejak dini bagi cucunya yang ada di kandungan. Lebih
bagus kalau cerita tersebut berbahasa inggris.
Pasrah dengan sisa malam itu, akhirnya Tae Bum membacakan buku cerita anak tentang binatang lengkap dengan efek-efek suaranya.
LOL. Dimana-mana ibu mertua sama saja, ya. Demi rasa sayang pada anak, siap 'membantu' apapun walau tak diminta.
LOL. Dimana-mana ibu mertua sama saja, ya. Demi rasa sayang pada anak, siap 'membantu' apapun walau tak diminta.
Tae Hee masih
memikirkan tentang bukti yang ia dapat untuk kasus suap di universitas.
Dong Min bertanya, setelah kasus ini sampai ke tangan kepala polisi,
mengapa tak ada pengusutan lebih lanjut lagi? Tae Hee meminta Dong Min
bersabar, karena ia tak akan membiarkan kasus ini dipeti-eskan.
Di lapangan
basket, Tae Hee berjanji untuk bertemu dengan Ja Eun. Sambil menunggu Ja
Eun ia mengeluarkan cincin yang baru saja ia ambil namun bukan
kebahagiaan yang tersirat dari wajahnya, tapi kesedihan.
Namun
kesedihan itu tak dilihat oleh Ja Eun. Ia melihat cincin di kotak yang
dipegang Tae Hee dan gembira melihatnya. Ia sengaja berdehem keras,
membuat Tae Hee buru-buru menyembunyikan kotak itu.
Tae Hee
mengajak Ja Eun untuk bepergian bersama di akhir pekan ini, kemanapun Ja
Eun ingin pergi. Ja Eun terbelalak mendengar ajakan Tae Hee. Acara
bepergiannya bukan ala 1 Night 2 Days (variety show populer di Korea)
kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar