Jumat, 27 Januari 2012

Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 49

Ja Eun gemetar, gugup sekaligus gembira mendengar ayahnya masih hidup bahkan sekarang sudah ada di bandara. Jae Ha, melihat Ja Eun yang tak bergerak karena mendengar berita itu, menawarkan diri untuk mengantarkan Ja Eun menemui ayahnya.
Di bandara, Ja Eun tak dapat menahan tangis lebih lama lagi melihat ayahnya berdiri dalam kondisi sehat wal afiat. Ia berlari dan memeluk ayahnya menanyakan kesehatan ayahnya. Sama-sama menangis, ayah membalas pelukan Ja Eun, menenangkannya kalau ia baik-baik saja.
Jae Ha hanya dapat menyaksikan pertemuan ayah dan anak itu dari kejauhan.
Di restoran, ayah masih meminta Tae Hee yang memutuskan Ja Eun. Antara Ja Eun dan Tae Hee, ayah memilih Tae Hee yang terluka daripada Ja Eun. Ayah percaya kalau Tae Hee pasti juga memliki pikiran yang sama dengannya,  tak ingin melukai Ja Eun dengan kenyataan tragis ini. Ayah minta Tae Hee untuk memutuskan sebelum akhir minggu ini.
Tae Hee memanggil Ayah untuk memohon, tapi Ayah tetap pada pendiriannya. Jika Tae Hee tak ingin Ja Eun tahu, Tae Hee harus putus sebelum akhir minggu. Tak seperti Tae Hee yang biasanya, Tae Hee menangis. 
Perasaan Tae Hee tak keruan sekarang. Seperti ingin mendapat dukungan, ia mencengkeram pegangan tangga dengan erat. Permintaan ayah sangat mengejutkannya.
Namun ada lagi kejutan lain yang menunggunya. Dong Min meneleponnya, dan dengan gembira ia mengabarkan kalau Baek In Ho ternyata masih hidup dan telah kembali! Dong Min menyuruh Tae Hee untuk segera menelepon Ja Eun, karena Ja Eun pasti gembira mendengar.
Di restoran, ayah menceritakan bagaimana ia terbangun di rumah sakit setelah kapal tenggelam, setelah tak sadarkan diri sekian lama. Setelah sadar, ia langsung menelepon Ja Eun dan istrinya, tapi nomor telepon mereka telah berubah. Hal ini membuatnya khawatir. Untung ia dapat menghubungi Hong Man Shik, supirnya, di Cina. Darinyalah ia mendapat nomor telepon Ja Eun.
Ayah terkejut sekaligus senang mendengar Ja Eun tinggal di perkebunan Hwang dan diperlakukan seperti keluarga sendiri oleh Keluarga Hwang. 
Ja Eun mengajaknya untuk langsung menemui keluarga Hwang yang pasti sangat gembira bertemu dengannya. Ayah menyetujui ide Ja Eun.
Jae Ha yang tanggap dengan kemungkinan yang akan terjadi, meminta Ja Eun untuk mengurungkan niatnya. Ayah Ja Eun tentunya sangat lelah setelah perjalanan jauh apalagi ia baru saja keluar dari rumah sakit. Ia menawarkan apartemen yang tak pernah ia diami untuk ditempati sementara oleh Ja Eun dan ayahnya. Karena Ja Eun ragu, ia mengatakan kalau Tae Hee yang menyuruhnya.
Ja Eun mulanya ragu karena ia telah menelepon Tae Hee sebelumnya tapi tak diangkat oleh Tae Hee. Tapi mendengar kalau Jae Ha baru saja meneleponnya, ia percaya dan dengan gembira menyetujuinya.
Ayah merasa Ja Eun menjadi lebih gembira saat membicarakan Tae Hee. Siapakah Tae Hee? Apakah ia pacar Ja Eun? Ayah Ja Eun hanya bisa ber aigooo… menggodanya saat Ja Eun malu-malu mengiyakannya.
Jae Ha memberi tahu Tae Hee tentang kepulangan Baek In Ho. Dan karena tahu Ja Eun ingin membawa ayahnya ke perkebunan, ia langsung menawarkan apartemennya yang tak terpakai untuk mereka tempati sementara. Sebenarnya Ja Eun merasa keberatan, tapi begitu ia menggunakan alasan Tae Hee yang menyarankan, maka Ja Eun tak menolak usulan tersebut.

Tae Hee berterima kasih atas inisiatif Jae Ha. Ia bahkan meminta tolong agar Jae Ha dapat meminjamkan tempat itu lebih lama agar Baek In Ho dapat tinggal bersama Ja Eun.
Di rumah orang tua Soo Young, semua tak habis pikir tentang pasangan baru. Soo Young masih terheran-heran, dari semua pria, kenapa harus adik Tae Bum? Tae Bum malah menyalahkan Yoo Eul yang seharusnya lebih tua, seharusnya lebih mawas diri. Hampir saja Ibu keluar tanduknya mendengar Tae Bum yang menyalahkan Yoo Eul terus, jika Tae Bum tak menyadarinya.
Tapi dengan halus Tae Bum berkata, kalau tak penting siapa yang memulainya, tapi jika salah satu pihak tak menanggapinya, pasti semua ini tak akan terjadi. Tae Bum mengibaratkan dengan bertepuk tangan, jika satu tangan tak menanggapi, pasti tak ada suara tepukan bukan? Dengan kata-kata itu, ibu pun tenang kembali.

Hmm.. ternyata di Korea juga ada peribahasa bertepuk sebelah tangan juga, ya..


Sementara itu Tae Pil dan Yoo Eul duduk di restoran, sama-sama tak mengangkat handphone yang terus menerus berdering. Tae Pil ingin mengangkat telepon itu tapi ditahan oleh Yoo Eul. Mengapa Yoo Eul harus takut? Mereka kan bukan anak kecil lagi. Yaa.. tapi bukannya mereka bersaudara ipar?


Tae Pil tak peduli masalah itu, karena toh mereka tak akan menikah. Mendengar keengganan Tae Pil untuk menikah membuat Yoo Eul terlihat sedih. Dan Tae Pil pun bertanya, apakah Yoo Eul memang ingin menikah?


Yoo Eul buru-buru menyanggahnya, ia belum ingin menikah, besok-besok sih, iya.. tapi tidak sekarang. Tae Pil mengatakan kalau begitu beres. Mereka bukan anak kecil dan belum akan menikah, apa yang harus ditakutkan lagi? Yoo Eul setuju. Tapi karena cara berpikir kakaknya beda dengan orang kebanyakan, maka mereka harus punya jawaban lain.


Dan jawaban itu adalah mereka tak punya hubungan apapun. Sama seperti Tae Pil menggunakan Yoo Eul agar berpura-pura menjadi pacarnya untuk menyingkirkan wanita yang mengejar Tae Pil, begitu pula Yoo Eul kali ini. Tae Bum tak mempercayainya, apalagi ibu. Karena ia melihat sendiri bagaimana Tae Pil menarik tangan Yoo Eul dan menariknya pergi.


Tae Pil berkata tak mungkin menyukai pemilik toko tempatnya bekerja, karena di mata Tae Pil, Yoo Eul bukanlah seorang wanita.


Yoo Eul pun mengiyakan karena Tae Pil adalah adik ipar keponakannya, mana mungkin ia mau?


Tae Pil semakin menambah-nambahi kalau usia Yoo Eul yang 30 tahun membuat Yoo Eul bukan wanita ideal. Karena wanita idealnya, seperti yang diketahui Tae Bum, adalah wanita muda, mungil dan lucu hingga bisa disimpan di saku.


Yoo Eul pun tak mau kalah mengatakan kalau ia tak akan mau berpacaran dengan laki-laki yang tak memiliki apa-apa.


Tae Pil juga berkata kalau kualifikasi Yoo Eul (yang telah bercerai) hanya akan membuat ibunya pingsan jika ia membawanya menemui ibunya.


Semuanya percaya dengan bualan Tae Pil dan Yoo Eul. Walaupun Yoo Eul tahu yang dikatakan Tae Pil hanya bualan, tapi Yoo Eul merasa sedikit sedih dan tersinggung mendengarnya.


Ditemani Jae Ha, Tae Hee menemi ayah Ja Eun di apartemen. Ja Eun dan Ayah yang akan minum teh favorit ayah, menyambut gembira kedatangan Tae Hee. Ja Eun memperkenalkan Tae Hee pada ayah dan dengan senyum lebar ayah langsung mengulurkan tangan pada pacar anaknya itu.


Tae Hee hanya memandang Baek In Ho, sesaat tak membalas uluran tangannya. Tapi akhirnya ia menjabat tangan ayah Ja Eun. Ayah Ja Eun mengagumi sekaligus menyetujui Tae Hee menjadi pacar Ja Eun, bahkan bergurau kalau ia pasti akan cemburu kalau Ja Eun terlalu menyukai Tae Hee daripada dirinya.


Mendadak Ja Eun teringat kalau ia belum menelepon ibu yang pasti khawatir menunggunya di rumah. Tapi Tae Hee mengatakan kalau ia akan menyampaikan pesan pada ibunya, jadi Ja Eun tak perlu menelepon lagi. Ja Eun pun mengikuti kata-kata Tae Hee.


Tae Hee, yang melihat kedekatan Ja Eun dan ayahnya, hanya terdiam dan memandang Ja Eun. Ja Eun yang merasa diperhatikan Tae Hee hanya dapat memandang balik, dan tatapan matanya seperti bertanya apa yang ada dalam pikiran Tae Hee. Tae Hee hanya menggeleng dan tersenyum pada Ja Eun.


Namun saat sendirian di dalam mobil, Tae Hee menangis, melepaskan semua perasaan yang menghimpit dadanya, menekan perasaannya.


Sesampainya di rumah, Tae Hee menyampaikan pada ayah dan ibu kalau Ja Eun hari ini tak pulang karena harus lembur dan menginap di kantor, membuat Ibu khawatir akan kesehatan Ja Eun. Tae Hee juga memberitahu Ayah kalau ia akan melakukan permintaan Ayah sebelum akhir minggu ini tapi ia minta Ayah berjanji untuk tak membertahukan tentang kejadian tabrak lari itu. Ayah menyetujuinya.


Ibu melihat Tae Hee yang paras Tae Hee yang pucat dan berantakan mengikuti Tae Hee ke dalam kamar. Sambil menangis ibu meminta maaf pada Tae Hee karena ia tak dapat melindungi keduanya.


Kesedihan Ibu tak dapat ditutupi dari ayah. Walaupun ayah mencoba mengambil sisi positifnya karena Tae Hee mau menerima permintaannya. Dan dengan berjalannya waktu, perasaan Tae Hee dan Ja Eun akan membaik.


Tapi ibu masih sedih. Ia mencoba menutupi isak tangisnya dari ayah, sehingga ayah meminta ibu untuk mengeluarkan tangisnya saja. Di saat seperti ini, ibu bisa menangis tanpa malu menghadapinya. Tapi ibu mengatakan kalau ia tak akan menangis.


Dengan menutupi mulutnya, ibu menangis tanpa suara.


Di apartemen, Ja Eun menceritakan bagaimana ia bisa menemukan perkebunan dan tinggal bersama keluarga Hwang, minus diusir dan surat kontrak dicuri. Ayah merasa bersyukur karena Keluarga Hwang memperlakukannya seperti keluarga sendiri.


Tapi ia sangat kaget mendengar Ja Eun dituduh masuk ke universitas melalui jalur belakang. Karena ia sama sekali tak mengenal Prof. Seo apalagi memberikan jam tangan padanya.


Pagi harinya saat sarapan, Nenek memperhatikan absennya Tae Hee dan Ja Eun yang tak sarapan. Ibu menjelaskan kalau Ja Eun lembur dan menginap, sedangkan Tae Hee kemarin malam hanya pulang sebentar untuk berganti baju dan pergi lagi.


Tae Pil yang (selalu) curiga, langsung menduga kalau mungkin mereka sedang berduaan semalaman, membuat Nenek waspada. Tae Pil berceletuk kalau mungkin sebentar lagi nenek akan melihat bayi lagi sebelum ada pernikahan.


Tae Shik menegur Tae Pil kalau ia tak boleh berkata seperti itu.Tapi kemudian ia malah tertawa senang.


Nenek? Di luar dugaan nenek juga tertawa bahagia mendengar dugaan Tae Pil. Hanya ayah dan ibu yang tak ikut tertawa.


Ternyata Tae Hee menunggu kemunculan Baek In Ho yang keluar apartemen. Tanpa basa-basi, ia memperkenalkan dirinya yang sebenarnya kalau ia bukanlah anak Hwang Chang Shik tapi keponakannya yang diadopsi karena ayahnya meninggal. Dan ayah, ibu dan dirinya sudah tahu, jadi ia minta Baek In Ho untuk tak pergi ke perkebunan karena ia tak dapat mengendalikan ayahnya jika ayah melihat Baek In Ho.


Ayah Ja Eun bingung mendengar kata-kata Tae Hee, sebenarnya apa yang Tae Hee maksud? Tapi Tae Hee tak menjawab malah meneruskan kalau semua orang di dunia boleh tahu tentang masalah itu, tapi tidak dengan Ja Eun. Tae Hee tak akan memaafkan  Baek In Ho, tapi jika ia dapat berjanji untuk menutupi masalah tersebut di depan Ja Eun, ia akan mengubur masalah itu.


Tae Hee meninggalkan Baek In Ho yang sama sekali tak mengerti akan ucapan Tae Hee sedikitpun.


Baek In Ho menemui Kepala Polisi, dan langsung mecengkeram bajunya. Berani-beraninya ia mengkambinghitamkan anaknya, Ja Eun atas kasus sogokan ke universitas? Kepala polisilah yang menyuruhnya untuk membelikan jam tangan itu, jadi sekarang ia minta agar Kepala Polisi mengumumkan ke public kalau ia tak pernah menyogok universitas untku memasukkan Ja Eun.


Kepala polisi menolak karena Baek In Ho tak pantas meminta hal itu karena kasus tabrak lari 26 tahun yang lalu.


Baek In Ho menyadari karena peristiwa tabrak lari itu, ia harus mengikuti semua permintaan Kepala Polisi, tapi kali ini ia tak mau. Ia akan menemui korban tabrak lari itu dan memohon ampunan menerima apapun hukuman darinya walau sudah terlambat. Dengan begitu, Kepala polisi tak dapat menekannya lagi dan harus mengungkapkan kebenaran dari kasus sogokan itu.


Dengan licik Kepala Polisi mengatakan kalau hal itu tak mungkin dilakukan karena korban itu sudah mati. In Ho telah menabrak orang itu hingga tewas. Baek In Ho tak percaya dengan kata-kata Kepala Polisi, bagaimana mungkin ia dapat membunuh orang? Ia bahkan tak ingat kalau ia menyetir mobil, jadi bagaimana mungkin ia bisa membunuh orang?

Kepala polisi menyalahkan In Ho yang mabuk pada saat itu.Dan ia mengatakan berita yang lebih mengejutkan lagi, yaitu orang yang mati ditabrak adalah adik Hwang Chang Shik, ayah dari Hwang Tae Hee-pacar Ja Eun sekarang. Saat itu ayah In Ho tak mau melukai perasaan anaknya yang membunuh saudara teman kecilnya, maka ayah In Ho meminta bantuannya untuk menutupi masalah tersebut.


Sekarang 26 tahun telah berlalu, kasus itu tak dapat dibuka lagi karena sudah melewati masa hukum. Jika kasus itu dibuka lagi, In Ho juga tak dapat ditahan. Jadi ia menyuruh Baek In Ho agar tutup mulut tentang kasus sogokan, dan ia akan tutup mulut juga.


Baek In Ho keluar kantor polisi dengan sebuah kesadaran baru yang sangat pahit. Ia teringat kata-kata Tae Hee pagi ini yang mengatakan walau Tae Hee tak dapat memaafkannya, tapi demi Ja Eun ia akan menutupi kasus itu dari Ja Eun.


Sementara itu Tae Shik berusaha membereskan masalah kartu kreditnya dengan menemui pegawai bank dan memberikan makanan, yang langsung dianggap sogokan oleh pegawai bank itu.

Belum selesai masalah keuangannya, Tae Shik menghadapi masalah lain lagi.


Mi Seok didatangi oleh kakak iparnya, ayah Ha Na. Selama ini Ha Na masih terdaftar menjadi anak kakaknya. Tapi karena sekarang ayah Ha Na akan menikah lagi, ia berencana memindahkan nama Ha Na.

Mi Seok mengerti alasan kakak iparnya, karena selama ini Ha Na pun juga bersamanya. Ia menenangkan kakak iparnya yang merasa tak enak pada Mi Seok, karena ia sendiri juga memiliki keinginan seperti itu.


Mi Seok menceritakan hal ini pada Tae Shik yang sempat melihat kedatangan kakak ipar Mi Seok.


Tae Shik memuji Mi Seok yang sudah menjadi ibu yang hebat bagi Ha Na. Karena Mi Seok, Ha Na tak pernah merasa kehilangan karena tak memiliki ayah. Tapi Ha Na tak akan dapat hidup tanpa Mi Seok.


Mi Seok pun menambahkan kalau ia pun juga tak dapat hidup tanpa Ha Na. Tapi yang menjadi mengubah marga Ha Na menjadi marganya. Tapi Mi Seok khawatir jika ia menikah lagi, marga Ha Na akan berubah lagi. Mi Seok pun menanyakan bagaimana baiknya pada Tae Shik.


Tae Shik kaget dan hanya terucap kata, “Hah?” dari mulutnya. Maka Mi Seok pun memperjelas kata-katanya. Ia sebentar lagi akan menikah, kan? Apakah ia harus menunggu saja sebentar lagiuntuk mendaftarkan nama Ha Na? Tae Shik tak menjawab malah melanjutkan makannya, membuat Mi Seok setengah gondok dan bertanya-tanya dalam hati.


Keengganan Tae Shik rupanya berkaitan dengan masalah finansialnya yang masih belum stabil. Di buku tabungannya saja hanya tersisa 500 ribu won saja.


Ia bisa membayangkan saat ia menikah dengan Mi Seok, ia akan menjadi Bapak Rumah Tangga, sementara Mi Seok yang mencari nafkah. Setiap hari ia memasak, dan harus siap diomeli karena membelanjakan uang yang lebih banyak dari yang seharusnya. Gook Soo pun kalau meminta perlengkapan alat tulis harus minta ke Mi Seok bukannya ke ayahnya sendiri.


Membayangkan hal itu ia bergidik ngeri. Untung ada suara telepon yang menyelamatkannya dari bayangan yang mengerikan itu. Tapi ia terbelalak mendengar kabar yang dibawa dari orang di ujung telepon.


Tae Bum dan Soo Young masih menjalani masa bulan madu mereka. Jika perasaan sudah cinta, maka bulan madu dapat dilakukan dimana saja, misalnya di supermarket.


Mereka berbelanja, dengan Soo Young memakan (bukan mencicipi) sampel makanan yang disediakan. Tae Bum berbisik merencanakan apa yang akan mereka lakukan malam itu.


Tapi apapun rencana itu harus ditunda, karena ibu Soo Young datang dan sudah mempersiapkan makan malam untuk mereka.


Tak ingin mengusir ibu, mereka makan malam secepat kilat dan nasi pun langsung tandas. Ibu kaget melihat betapa kelaparannya mereka dan menawari untuk tambah. Tentu saja Tae Bum da Soo Young langsung menolak.


Sudah, Bu? Tentu belum. Karena setelah makan harus minum, maka Ibu telah menyediakan teh untuk mereka nikmati bersama.


Ibu meminum teh perlahan-lahan, menutup mata untuk menikmati aromanya. Tapi tidak dengan anak dan menantunya. Soo Young dan Tae Bum minum secepat kilat.


Saking terburu-burunya, lidah Tae Bum terbakar karena teh itu masih panas. Saat ibu selesai meminum beberapa teguk  dan membuka mata betapa kagetnya ia karena gelas Tae Bum telah kosong. Mereka kembali menolak untuk tambah.


Tapi setidaknya acara minum teh sudah selesai. Ibu pulang, Tae Bum dan Soo Young pun bisa masuk kamar dengan tenang melanjutkan apa yang akan rencanakan malam ini.


Tapi tiba-tiba ibu muncul lagi karena ia melupakan sesuatu. Ia minta Tae Bum untuk membacakan buku sejak dini bagi cucunya yang ada di kandungan. Lebih bagus kalau cerita tersebut berbahasa inggris.


Pasrah dengan sisa malam itu, akhirnya Tae Bum membacakan buku cerita anak tentang binatang lengkap dengan efek-efek suaranya.


LOL. Dimana-mana ibu mertua sama saja, ya. Demi rasa sayang pada anak, siap 'membantu' apapun walau tak diminta.


Tae Hee masih memikirkan tentang bukti yang ia dapat untuk kasus suap di universitas. Dong Min bertanya, setelah kasus ini sampai ke tangan kepala polisi, mengapa tak ada pengusutan lebih lanjut lagi? Tae Hee meminta Dong Min bersabar, karena ia tak akan membiarkan kasus ini dipeti-eskan.

Ia mendapat telepon dari toko perhiasan yang memberitahukan kalau cincin yang ia pesan telah siap.


Di lapangan basket, Tae Hee berjanji untuk bertemu dengan Ja Eun. Sambil menunggu Ja Eun ia mengeluarkan cincin yang baru saja ia ambil namun bukan kebahagiaan yang tersirat dari wajahnya, tapi kesedihan.


Namun kesedihan itu tak dilihat oleh Ja Eun. Ia melihat cincin di kotak yang dipegang Tae Hee dan gembira melihatnya. Ia sengaja berdehem keras, membuat Tae Hee buru-buru menyembunyikan kotak itu.


Tae Hee mengajak Ja Eun untuk bepergian bersama di akhir pekan ini, kemanapun Ja Eun ingin pergi. Ja Eun terbelalak mendengar ajakan Tae Hee. Acara bepergiannya bukan ala 1 Night 2 Days (variety show populer di Korea) kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar