Jumat, 27 Januari 2012

Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 48

Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 48



Tae Hee mencengkeram kerah baju Bong Man lebih kencang, memaksanya berkata sejujurnya. Tapi Bong Man tetap berkata kalau Baek In Ho yang menabraknya. Ia punya bukti yaitu lampu mobil yang rusak.


Ada lima tersangka, satu diantaranya membawa mobilnya ke bengkel untuk diperbaiki. Semua alibi tersangka lainnya jelas, hanya Baek In Ho saja yang tak memiliki alibi. Dan anehnya, bukti lampu yang rusak itu langsung hilang sehari setelah ia menemukannya.


Tae Hee tak percaya, mana mungkin seorang polisi dapat kehilangan barang bukti. Pasti Bong Man menerima suap dari Kepala Polisi untuk menutup mulutnya sampai sekarang. Bong Man hendak menjawab tapi ia berteriak menyuruh Bong Man untuk diam karena ia tak akan mempercayainya. Ia pun meninggalkan restoran itu.


Seperti ingin memuntahkan perasaannya, Tae Hee muntah di pinggir jalan. Ia teringat kata-kata Kepala Polisi yang menanyakan apakah Tae Hee menyukai Ja Eun sementara ayah Ja Eunlah yang membunuh ayahnya. Tae Hee berjalan gontai, diikuti oleh Jae Ha dari belakang.


Tiba-tiba Tae Hee tersandung dan jatuh. Jae Ha bergegas menghampiri Tae Hee, namun Tae Hee malah mendorong Jae Ha ke dinding dan dengan dingin menyuruh Jae Ha agar meninggalkannya.


Nenek menginterogasi ibu, mengapa Ja Eun dilarang menikahi Tae Hee sekarang. Kenapa ibu berteriak pada Ja Eun yang tak punya salah apapun. Nenek tak percaya alasan ibu yang mengatakan kalau pernikahan Tae Hee harus menunggu Tae Shik menikah terlebih dulu.


Tapi itu memang itu alasan ibu yang sebenarnya. Walaupun Tae Shik sudah memberikan ijinnya, tapi Tae Shik tentu tak bisa menolak permintaan Nenek. Bagi Nenek, Tae Hee adalah satu-satunya putranya. Tapi bagi ibu, keempat anaknya adalah sama.


Nenek marah karena ibu menuduhnya pilih kasih. Ibu mengatakan kalau memang itu kenyataannya. Karena Nenek, ia tak dapat menyayangi ketiga anak kandungnya sepenuhnya. 


Nenek dan Ja Eun kaget mendengar kata-kata ibu yang sangat pedas. Apalagi saat ibu melanjutkan kalau demi nenek, ia selalu memakaikan baju yang lebih bagus untuk Tae Hee. Dibanding ketiga anaknya sendiri, ia selalu membelikan peralatan sekolah yang lebih baik. Ia membesarkan Tae Hee dengan sangat baik, dan sekarang, hanya satu permintaannya yaitu agar Tae Hee tak melangkahi Tae Shik.


Ayah dan yang lain naik ke atas loteng karena mendengar pertengkaran nenek dan ibu. Nenek bertanya apakah ibu ingin menikahkan Tae Hee setelah dirinya meninggal? Apakah itu benar-benar keinginan ibu? Ibu meminta agar Nenek tak membuatnya menjadi menantu yang tak berbakti, jadi ibu memohon agar nenek memikirkan ulang permintaannya.

Ayah menyuruh ibu diam dan ia meminta maaf pada nenek karena kata-kata istrinya. Tapi nenek hanya menghela nafas keras menandakan kalau ia masih tetap kesal.


Tae Bum dan Soo Young pamit pada ketiga sesepuh, tapi mereka tak menjawab. Semua tampak termangu. Akhirnya Tae Shik dan Tae Pil yang mengantar mereka. Tae Pil heran, mengapa semua jadi berakhir tak mengenakkan seperti ini? Padahal saat pemotretan, semuanya tampak sangat gembira.


Tae Shik menyuruh Tae Pil untuk menelepon Tae Hee agar segera pulang. Yang paling merasa terkejut dengan peristwa ini tentunya Ja Eun karena tak biasanya ibu bersikap seperti ini.


Ja Eun menemui ibu untuk minta maaf dan mengatakan kalau ia akan berbicara pada Tae Hee agar menenangkan nenek sekaligus mengundurkan jadwal pernikahan mereka. Ibu tak memberi jawaban. Ia malah meminta agar Ja Eun kembali dulu ke kamar karena perasaannnya sekarang sedang campur aduk.


Tae Bum dan Soo Young makan malam di rumah orang tua Soo Young. Dan jika Tae Bum sudah berniat menjadi menantu yang baik, ia akan berusaha hingga menjadi menantu yang terbaik.


Buktinya, ibu langsung jatuh hati mendengar pujian Tae Bum pada makanan yang disiapkan ibu. Katanya, masakan ibu Soo Young sangat berkelas, dan saat ia memakannya, seakan sebuah dunia baru tercipta untuknya.


LOL, Tae Bum bisa ikutan Raja Gombal nih di Trans TV.


Berbeda dengan ayah yang terus menuangkan alkohol ke dalam gelas sloki Tae Bum. Untuk kali ini, mereka tidak minum anggur tapi minuman beralkohol (whisky?). Ibu dan Soo Young menatap khawatir pada ayah yang bertingkah aneh. Tapi Tae Bum tetap menemani ayah untuk minum.


Ibu, yang ingin menjodohkan Yoo Eul, bertanya pada Tae Bum apakah ada temannya yang single, cukup makmur, rumah bagus, gajinya lumayan, sehat, tua tapi tak terlalu tua?

Dan sebagai menantu yang terbaik, Tae Bum langsung menjawab ada. Mata Ibu berbinar-binar mendengar hal itu. Kata-kata Soo Young, yang mengatakan kalau Tantenya sedang tak mencari pacar, tak digubris oleh ibu. 


Ayah, yang masih terus menuangkan whisky ke gelasnya dan gelas Tae Bum, menanyakan kabar mantan pacarnya. Apakah semuanya sudah diselesaikan? Soo Young yang menjawab kalau Hye Ryeong sudah pindah ke stasiun TV lain, jadi ayah tak perlu khawatir lagi.


Sepertinya ayah sudah mabuk. Mereka sedang membicarakan mantan pacar Tae Bum, tapi mengapa tiba-tiba ayah membicarakan mantan pacarnya, Mi Hae? Saat Tae Bum menegaskan kalau sampai mati hanya ada Soo Young di dalam hatinya, ayah mengatakan tak mungkin. Bagaimana mungkin ia tak memikirkan mantan pacarnya lagi? Ayah saja sampai sekarang memikirkannya.

“Aku hanya sekali memegang tangannya, tapi perasaan itu tetap terasa hingga kini. Jika hujan turun, hatiku selalu bertanya-tanya apakah ia baik-baik saja?”
LOL, Ayah sepertinya juga bisa ikutan Raja Gombal, saingan dengan Tae Bum.


Ibu menatap ayah ngeri, apalagi ayah memberi nasihat pada Tae Bum agar berhati-hati, karena Tae Bum tak akan tahu kapan sikat giginya menjadi sikat WC dan mengatakan kalau Mi Hae itu sangat cantik. Ibu dan Soo Young berteriak kaget memanggil ayah.

Double LOL.

Catatan : mengenai sikat gigi yang menjadi sikat WC, adalah cerita lama mengapa Ibu kadang-kadang (sering, sih) suka menindas ayah. Ayah pernah berselingkuh, walau hanya sampai tahap pegangan tangan. Tapi ibu marahnya bukan main. Hingga suatu saat ayah mengetahui kalau ibu sedang merasa kesal terhadap apapun, ibu selalu menyikat toilet dengan sikat gigi ayah.





Karena hari ini kegiatan Soo Young sangat padat, Soo Young pulang kelelahan. Ia masih berambut basah bahkan tertidur saat sedang duduk di meja rias. Untung Tae Bum masuk dan menangkapnya sehingga ia tak terjatuh.

Tae Bum meraih hairdryer dan mulai mengeringkan rambut Soo Young. Ia ingin menjadi suami SIAGA untuk Soo Young. Soo Young malah berbalik dan memeluk Tae Bum, mengatakan kalau ia sudah  merasa bahagia sekarang. Tae Bum tertawa dan sambil bercanda memarahi Soo Young kalau sekarang bajunya basah karena rambut Soo Young. Ia pun membalikkan Soo Young dan mulai mengeringkan rambut istrinya.

Aww… so sweet banget nggak  sih mereka berdua.


Tapi tidak dengan Ja Eun dan Tae Hee. Sepanjang malam Ja Eun menunggu kepulangan Tae Hee. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang, karena ia sedang berada di kantor, duduk terpekur di ruangannya. Ja Eun yang khawatir, mencoba meneleponnya tapi tak ada jawaban.


Ja Eun pun mengirim pesan padanya, “Paman, apakah kau sedang menangani kasus? Karena berbagai alasan, aku kangen padamu.”


Tae Hee menatap pesan Ja Eun dengan sedih. Tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia malah melarikan mobilnya kembali ke restoran Bong Man. Dengan putus asa, Tae Hee menggedor-gedor restoran yang sudah tutup dan gelap, menyuruh agar Bong Man membuka pintu. Tapi sia-sia karena restoran itu tetap gelap dan tak akan terbuka.


Keesokan harinya, ibu meminta maaf pada Nenek. Karena keinginannya untuk menikahkan Tae Shik terlebih dahulu, ia mengucapkan kata-kata kasar kemarin.


Dengan mata berkaca-kaca nenek menjelaskan alasan kenapa ia berkeras agar Tae Hee cepat menikah. Akhir-akhir ini ia sering mendapat mimpi yang tak biasa. Dan dari mimpi itu, ia merasa waktunya sudah tak akan lama lagi. Tae Hee adalah cucu yang dititipkan  anaknya  yang telah meninggal. Jika ia nanti meninggal dan saat itu Tae Hee belum menikah, maka ia tak sanggup menghadapi ayah Tae Hee di sana.


Melihat nenek menangis, Ibu semakin merasa bersalah. Ia meminta maaf kepada Nenek.


Mereka kemudian keluar kamar untuk sarapan. Berbeda dengan biasanya sarapan kali ini tak meriah, dan Ja Eun pun merasakannya.


Karena paksaan kakaknya agar Yoo Eul menikah lagi, maka siang ini ia akan pergi ke acara perjodohan.  Ia menolak ajakan Tae Pil untuk menyebarkan brosur dan mengatakan alasannya. Secara tak langsung ia ingin melihat reaksi Tae Pil, apakah ia –yang katanya menyukainya- akan terpengaruh dengan kabar itu?


Tapi ternyata reaksi Tae Pil datar saja. Ia mengataka kalau ia akan menyebarkan brosur sendiri dan malah menyuruh Yoo Eun untuk pergi ke matseon.


Di restoran, Ibu dengan segala atributnya (itu wig atau topi, ya?) sudah bersiap-siap memata-matai matseon yang dipersiapkan oleh Tae Bum. Tae Bum yang datang dengan sorang pria memberi kode bertanya pada ibu, apakah ibu menyetujui pria yang ia bawa?


Ibu mengintip siapa calon suami yang dibawa Tae Bum. Ternyata orang itu adalah Manager Gong yang tak tahu maksud Tae Bum sebenarnya. Ibu Soo Young senang melihat Manager Gong dan langsung memberikan tanda OK. Tae Bum pun melanjutkan misi mereka.


Setelah mempersilahkan Manager Gong untuk duduk,Tae Bum menjelaskan pada Manager Gong kalau acara makan siang mereka adalah permintaan maafnya atas segala yang terjadi selama ini. Dari masalah tak jadi pemandu di Start Togother, menikah diam-diam hingga kehamilan Soo Young, pasti membuat Manager Gong berada di posisi yang tak mengenakkan. Maka untuk kompensasinya, ia mengajak Manager Gong ke restoran ini.


Kebetulan Yoo Eul datang dan Tae Bum langsung mengenalkan Yoo Eul sebagai Tante Soo Young. Tae Bum tak mempedulikan ketaksiapan Manager Gong dan Yoo Eul yang nampak canggung duduk berdua, malah meninggalkan mereka setelah sebelumnya berpesan agar mereka menikmati acara perkenalan ini.


Ia kemudian pergi sambil mengedipkan mata pada Ibu yang gembira dan tampak puas dengan calon yang dibawa Tae Bum.

Tae Bum juga gembira. Tugas pertamanya sebagai menantu terbaik telah berhasil. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama karena ia melihat Tae Pil datang ke hotel. Seperti mendapat firasat yang tak enak, Tae Bum membuntuti Tae Pil.


Benar saja, ternyata Tae Pil datang untuk Yoo Eul dan tanpa basa-basi langsung bertanya pada Yoo Eul,

“Aku menyukaimu, jadi aku akan membawamu pergi sekarang. Jika kau memang tak menyukaimu maka jawablah aku sekarang. Tak bisakah aku menyukaimu?”
Yoo Eul kali ini juga menggeleng, tapi dengan maksud yang berbeda. Ia tersenyum pada Tae Pil yang langsung menarik Yoo Eul pergi. 


Mereka tak menghiraukan ibu yang berteriak (membuat Manager Gong kaget dan menyadari kalau ada mata-mata di restoran itu) dan Tae Bum yang panik dan hendak mengejar mereka. Namun sebelumnya, Manager Gong sempat mendaratkan pukulan keras di pipi Tae Bum.


Tae Bum tak ingin membalas pukulan Manager Gong. Selain karena ia memang berhak mendapatkannya, tapi ia juga harus segera menemukan adik dan tante iparnya. Di lobi tak ada, maka Tae Bum pun mencarinya sampai keluar hotel. Kemana sebenarnya mereka?


Ternyata mereka bersembunyi di balik tumpukan koper di lobi. Tae Pil menahan Yoo Eul yang hendak berdiri dari persembunyiannya, dan melarang Yoo Eul untuk menemui pria lain. Yoo Eul pun juga berkata kalau ia tak suka melihat Tae Pil menemui wanita lain.


Mereka pun berciuman seperti dunia hanya milik mereka berdua, hingga tak sadar kalau koper-koper yang menjadi benteng persembunyian mereka telah diangkut. Para tamu hotel yang lalu lalang hanya tersenyum jengah melihat pemandangan yang jarang terjadi.


Tae Bum dan Ibu tak berhasil menemukan mereka. Bahkan telepon pun tak di angkat. Ibu bertanya hampir menyalahkan Tae Bum mengapa hal ini bisa terjadi (karena Tae Pil kan adiknya). Ia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi dan seharusnya ia tak mengijinkan Tae Pil untuk bekerja sama dengan adiknya. Tae Bum malah menyalahkan ibu, yang sudah merasa seperti itu, kenapa tak dicegah saja sebelumnya?


Ibu kaget melihat Tae Bum yang lebih panik daripada dirinya. Ibu menegaskan kalau ia tak suka kalau Tae Pil menjadi adik iparnya. Tae Bum? Sama. Ia juga tak mau tantenya akan jadi adik iparnya. Hal itu pasti akan memusingkan kepala.


Sepanjang malam Tae Hee menunggu kedatangan Bong Man di depan restoran. Esoknya dia menghadang Bong Man yang hendak membuka restoran. Ia bertanya sekali lagi, bagaimana Bong Man bisa yakin pelakunya adalah Baek In Ho? Apa ada saksi yang melihatnya?

Bong Man yakin, karena hanya Baek In Ho yang tak memiliki alibi. Dan ada saksi yang melihat orang di belakang setir berbaju putih. Namun Bong Man tak dapat memastikan apakah saat itu Baek In Ho memakai baju putih karena saat hendak diselidiki, Baek In Ho telah pergi dari rumah.

Tae Hee tetap tak percaya, pasti Bong Man diperintahkan Kepala Polisi untuk menyembunyikan hal ini.


Bong Man marah mendengarnya. Ia menyelidiki kasus itu bahkan setelah ia tak bertugas lagi. Namun Kepala Polisilah yang memaksanya untuk menutup kasus ini, dan setelah itu bukti kecelakaan langsung menghilang. Ia yakin kalau Kepala Polisi yang menghilangkan bukti tersebut. Baek In Ho adalah teman lama Kepala Polisi. Dan Bong Man menduga kalau Kepala Polisi pasti diminta untuk menutup kasus itu.

Tae Hee masih tak dapat mempercayai ucapan Bong Man, membuat Bong Man bertanya. Mengapa reaksi Tae Hee sama dengan reaksi ayahnya saat ia memberitahu tentang pelakunya adalah Baek In Ho.


Tae Hee lebih terkejut mendengar hal ini. Ayahnya sudah mengetahui?


Langkah Tae Hee semakin terasa berat. Semakin diingat, seharusnya ia menyadari mengapa ayah bertingkah aneh pada Ja Eun, mengapa ayah memarahi Ja Eun karena membuat ibu bekerja keras di perkebunan. Sekarang, apa yang harus ia lakukan?


Ia tak tahu. Ia benar-benar tak tahu. Bahkan ketika Ja Eun menyusulnya ke kantor polisi, ia memilih bersembunyi dari Ja Eun.


Saat Ja Eun meneleponnya dan menanyakan keberadaannya, Tae Hee berbohong dengan mengatakan kalau ia sedang sibuk di luar. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Ja Eun berbohong dengan mengatakan tak ada hal penting yang terjadi. Sebelum menutup telepon, Ja Eun berpesan agar Tae Hee tak lupa makan.


Tae Hee hanya dapat menatap punggung Ja Eun yang melangkah pergi.


Sementara  itu Tae Shik dan Mi Seok yang sudah berbaikan, terlihat semakin akrab di restoran.  Mereka bahkan janjian untuk makan siang bersama.

Semua pegawai dapat melihat kedekatan hubungan Tae Shik dan Mi Seok. Mereka memuji Tae Shik yang beruntung karena dapat berpacaran dengan  pemilik restoran ini.


Tae Shik kaget mendengarnya. Bukankah pemilik restoran mereka Paman itu? Teman kerja Tae Shik mengoreksi kalau Mi Seok pun juga memiliki sebagian dari restoran ini.


Mendadak kepercayaan Tae Shik jatuh saat itu juga. Saat makan bersama, ia bersikap dingin pada Mi Seok. Mi Seok pun merasakan kalau Tae Shik marah padanya. Memang apa kesalahannya?

Karena Mi Seok merahasiakan kalau ia juga memiliki restoran bebek di tempat ia menjadi pegawainya. Mi Seok menganggap hal itu bukan sesuatu yang penting untuk digembar-gemborkan.

“Tapi bagiku hal itu sangat penting.”
Dan yang membuat lebih parah lagi adalah saat harus membayar makanan, Tae Shik tak dapat membayar tagihan makanan mereka, karena semua kartu kreditnya sudah diblokir. Mukanya semakin kecut melihat Mi Seok mengeluarkan kartu dan membayarnya. Ia meminta Mi Seok untuk menyebutkan nomor rekeningnya agar ia bisa mentransfer uang pengganti. 


Mi Seok kesal karena Tae Shik jadi bertingkah kekanak-kanakkan. Memang mengapa kalau ia menjadi pemilik? Apakah harga diri Tae Shik sangat terluka mendengar hal ini dan sangat menganggunya? Apa lebih baik mereka tak berkencan lagi?


Harga diri atau kehilangan Mi Seok? Akhirnya Tae Hee mengejar Mi Seok dan merangkul bahunya sebagai tanda kalau ia memilih pilihan kedua.


Aww… cowok macho bisa dikatakan macho kalau ia juga bisa menerima kekurangannya dan menjadikan itu sebagai semangat untuk menjadi lebih baik lagi.


Seakan ingin mengenyahkan masalah Ja Eun dari pikirannya, ia menyibukkan diri di kandang. Ia menyapu kandang bebek dengan keras. Namun semakin keras sapuannya, pikiran itu semakin tak bisa dienyahkan. Ibu pun menyerah.


Ia membuang sapunya dan menangis bertanya pada ibunya yang sudah meninggal, apa yang harus ia lakukan?


Ibu dan ayah berdiskusi bagaimana cara menghentikan keinginan nenek untuk menikahkan Ja Eun dan Tae Hee. Mereka tak mungkin memberitahu nenek kenyataan yang sebenarnya. Jadi pilihan terakhir hanya pada Ja Eun atau Tae Hee.


Ibu berkata kalau ia tak sanggup melihat Ja Eun lebih tersiksa jika mendengar kalau ayahnyalah yang membunuh ayah Tae Hee. Hal itu akan menambah dalam luka yang telah ia miliki. Ayah setuju dan ia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Tae Hee, karena Tae Hee pasti lebih kuat karena ia adalah seorang pria.


Dong Min memberitahu Tae Hee kalau ayah datang mencarinya. Sebelum menemui ayah, Tae Hee membasuh mukanya. Ia mengeluarkan jimat bebek yang Ja Eun berikan dan memandanginya. Seolah tak ingin melepaskan Ja Eun pergi, ia menggenggam jimat bebek itu dengan erat.


Ayah datang menemui Tae Hee untuk memberitahu siapa pelaku tabrak lari yang menewaskan ayahnya. Tapi Tae Hee memotongnya dan mengatakan kalau pelaku itu adalah Baek In Ho, ayah Ja Eun. Ayah kaget mendengarnya.


Tapi Tae Hee juga mengatakan kalau hal itu belum 100% pasti, karena itu hanya asumsi Bong Man, jadi Baek In Ho belum tentu pelakunya. Ayah mengerti kalau Tae Hee pasti ragu mengenai hal itu, karena hal ini berkaitan dengan Ja Eun.


Tapi ayah sendiri juga yakin akan hal itu, karena dulu kakek Ja Eun mendadak meminjamkan perkebunan itu. Dan hal itu sangatlah tak wajar. Perkebunan itu adalah bukti yang cukup kuat baginya. Jadi ayah minta Tae Hee untuk putus dengan Ja Eun.

Tae Hee kaget mendengar hal itu. Ia meminta ayah agar tak menyuruhnya untuk melakukan hal itu. Tapi ayah bersikeras, Tae Hee harus putus.


Tae Hee langsung berlutut di hadapan ayah, memohon agar memaafkan Ja Eun. Ia mohon agar sekali ini saja ayah memaafkan Ja Eun karena kecelakaan itu bukan kesalahan Ja Eun. Bukankah Baek In Ho juga telah meninggal? Jika ayah mau memaafkan, ia tak akan serakah untuk menikahi Ja Eun.

Tapi ayah tetap pada keputusannya. Ia dan ibu telah bersepakat untuk menutupi kejadian ini dari semua orang. Ia hanya meminta Tae Hee untuk putus.

Tae Hee : “Aku tak dapat melakukannya, Ayah. Hanya memikirkan kalau aku tak akan melihat Ja Eun lagi saja sudah membuatku tak bisa bernafas. Bagaimana mungkin aku dapat hidup tanpa Ja Eun?”
Ayah marah mendengar kata-kata Tae Hee. Jika seperti itu, apakah Tae Hee tetap ingin menemui putri dari pembunuh ayah kandungnya?

Tae Hee : “Ya, aku akan tetap menemuinya. Walaupun ia adalah orang yang membuatku lahir ke dunia, tapi aku tak mengenalnya, tapi aku tak dapat mengingat wajahnya. Ia hanyalah hidup dalam kenangan Nenek, Ayah dan Ibu. Tapi bagiku, ia sama seperti orang yang ada di jalan. Jadi aku tak dapat putus dengan Ja Eun karenanya.”
Ayah menampar kepala Tae Hee agar ia sadar akan apa yang ia katakan. Bagaimanapun juga orang itu tetap ayah Tae Hee. Tapi Tae Hee tetap tak mau. Ia tak mau berpisah dengan Ja Eun, apapun yang terjadi.

Semakin keras ayah berkata, Tae Hee semakin keras kepala. Apapun yang terjadi, ia tak akan memutuskan Ja Eun. Jadi ayah memberi ultimatum,

“Apakah aku harus memberitahukan padanya? Aku tahu Ja Eun tak bersalah, dan aku juga tak tega memberitahukan padanya. Tapi jika kau tetap memaksa aku tak punya pilihan lain. Apakah itu kemauanmu?”
Tae Hee menangis mendengarnya. Tak boleh, tangis Tae Hee. Apapun yang terjadi ayah tak boleh mengatakan pada Ja Eun.


Ibu menemui Ja Eun di kantor dan membawakan makan siang untuknya. Ia memuji ruangan kantor Ja Eun yang ternyata lebih besar dari yang ia bayangkan. Ja Eun terkejut sekaligus senang melihat kedatangan ibu yang tiba-tiba.


Ibu minta maaf  karena telah membuat Ja Eun sedih kemarin. Ja Eun menenangkan ibu karena walau mulanya ia sedih, tapi ia mengerti alasan ibu yang menghargai pendapat ayah. Ia juga salah. Setelah melihat nenek membuat foto pemakaman untuk dirinya sendiri, ia tak dapat menolak permintaan nenek dan langsung menyetujui permintaan nenek tanpa mengingat apa yang ia telah janjikan pada ayah.


Ja Eun malah khawatir pada ayah yang marah padanya. Tapi ibu ganti menenangkan Ja Eun kalau ayah tak marah sebabia tahu kalau Ja Eun melakukan hal itu karena nenek.



Ja Eun senang mendengarnya. Ibu kemudian menyuruh Ja Eun untuk makan bekal yang ia bawakan untuknya.
Sepeninggal ibu, Ja Eun kembali bekerja.


Jae Ha datang dan menyapa Ja Eun, apakah ada sesuatu hal yang penting terjadi hari ini? Ja Eun yang tak tahu apa yang Jae Ha maksud malah bertanya balik apa maksud Jae Ha. Menyadari kalau Tae Hee belum menceritakan apapun pada Ja Eun hanya berkata kalau ia hanya berbasa basi.


Namun bagi Ja Eun memang ada sesuatu  hal yang penting terjadi hari ini. Karena ia mendapat telepon yang suaranya ia kenal baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar