Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 48
Tae Hee
mencengkeram kerah baju Bong Man lebih kencang, memaksanya berkata
sejujurnya. Tapi Bong Man tetap berkata kalau Baek In Ho yang
menabraknya. Ia punya bukti yaitu lampu mobil yang rusak.
Ada lima
tersangka, satu diantaranya membawa mobilnya ke bengkel untuk
diperbaiki. Semua alibi tersangka lainnya jelas, hanya Baek In Ho saja
yang tak memiliki alibi. Dan anehnya, bukti lampu yang rusak itu
langsung hilang sehari setelah ia menemukannya.
Tae Hee tak percaya, mana mungkin seorang polisi dapat kehilangan barang bukti. Pasti Bong Man menerima suap dari Kepala Polisi untuk menutup mulutnya sampai sekarang. Bong Man hendak menjawab tapi ia berteriak menyuruh Bong Man untuk diam karena ia tak akan mempercayainya. Ia pun meninggalkan restoran itu.
Seperti ingin
memuntahkan perasaannya, Tae Hee muntah di pinggir jalan. Ia teringat
kata-kata Kepala Polisi yang menanyakan apakah Tae Hee menyukai Ja Eun
sementara ayah Ja Eunlah yang membunuh ayahnya. Tae Hee berjalan gontai,
diikuti oleh Jae Ha dari belakang.
Tiba-tiba Tae
Hee tersandung dan jatuh. Jae Ha bergegas menghampiri Tae Hee, namun Tae
Hee malah mendorong Jae Ha ke dinding dan dengan dingin menyuruh Jae Ha
agar meninggalkannya.
Nenek
menginterogasi ibu, mengapa Ja Eun dilarang menikahi Tae Hee sekarang.
Kenapa ibu berteriak pada Ja Eun yang tak punya salah apapun. Nenek tak
percaya alasan ibu yang mengatakan kalau pernikahan Tae Hee harus
menunggu Tae Shik menikah terlebih dulu.
Tapi itu
memang itu alasan ibu yang sebenarnya. Walaupun Tae Shik sudah
memberikan ijinnya, tapi Tae Shik tentu tak bisa menolak permintaan
Nenek. Bagi Nenek, Tae Hee adalah satu-satunya putranya. Tapi bagi ibu,
keempat anaknya adalah sama.
Nenek marah karena ibu menuduhnya pilih kasih. Ibu mengatakan kalau memang itu kenyataannya. Karena Nenek, ia tak dapat menyayangi ketiga anak kandungnya sepenuhnya.
Nenek marah karena ibu menuduhnya pilih kasih. Ibu mengatakan kalau memang itu kenyataannya. Karena Nenek, ia tak dapat menyayangi ketiga anak kandungnya sepenuhnya.
Nenek dan Ja
Eun kaget mendengar kata-kata ibu yang sangat pedas. Apalagi saat ibu
melanjutkan kalau demi nenek, ia selalu memakaikan baju yang lebih bagus
untuk Tae Hee. Dibanding ketiga anaknya sendiri, ia selalu membelikan
peralatan sekolah yang lebih baik. Ia membesarkan Tae Hee dengan sangat
baik, dan sekarang, hanya satu permintaannya yaitu agar Tae Hee tak
melangkahi Tae Shik.
Ayah dan yang
lain naik ke atas loteng karena mendengar pertengkaran nenek dan ibu.
Nenek bertanya apakah ibu ingin menikahkan Tae Hee setelah dirinya
meninggal? Apakah itu benar-benar keinginan ibu? Ibu meminta agar Nenek
tak membuatnya menjadi menantu yang tak berbakti, jadi ibu memohon agar
nenek memikirkan ulang permintaannya.
Ayah menyuruh
ibu diam dan ia meminta maaf pada nenek karena kata-kata istrinya. Tapi
nenek hanya menghela nafas keras menandakan kalau ia masih tetap kesal.
Tae Bum dan
Soo Young pamit pada ketiga sesepuh, tapi mereka tak menjawab. Semua
tampak termangu. Akhirnya Tae Shik dan Tae Pil yang mengantar mereka.
Tae Pil heran, mengapa semua jadi berakhir tak mengenakkan seperti ini?
Padahal saat pemotretan, semuanya tampak sangat gembira.
Tae Shik menyuruh Tae Pil untuk menelepon Tae Hee agar segera pulang. Yang paling merasa terkejut dengan peristwa ini tentunya Ja Eun karena tak biasanya ibu bersikap seperti ini.
Tae Shik menyuruh Tae Pil untuk menelepon Tae Hee agar segera pulang. Yang paling merasa terkejut dengan peristwa ini tentunya Ja Eun karena tak biasanya ibu bersikap seperti ini.
Ja Eun menemui
ibu untuk minta maaf dan mengatakan kalau ia akan berbicara pada Tae
Hee agar menenangkan nenek sekaligus mengundurkan jadwal pernikahan
mereka. Ibu tak memberi jawaban. Ia malah meminta agar Ja Eun kembali
dulu ke kamar karena perasaannnya sekarang sedang campur aduk.
Tae Bum dan
Soo Young makan malam di rumah orang tua Soo Young. Dan jika Tae Bum
sudah berniat menjadi menantu yang baik, ia akan berusaha hingga menjadi
menantu yang terbaik.
Buktinya, ibu langsung jatuh hati mendengar pujian Tae Bum pada makanan yang disiapkan ibu. Katanya, masakan ibu Soo Young sangat berkelas, dan saat ia memakannya, seakan sebuah dunia baru tercipta untuknya.
Buktinya, ibu langsung jatuh hati mendengar pujian Tae Bum pada makanan yang disiapkan ibu. Katanya, masakan ibu Soo Young sangat berkelas, dan saat ia memakannya, seakan sebuah dunia baru tercipta untuknya.
Berbeda dengan
ayah yang terus menuangkan alkohol ke dalam gelas sloki Tae Bum. Untuk
kali ini, mereka tidak minum anggur tapi minuman beralkohol (whisky?).
Ibu dan Soo Young menatap khawatir pada ayah yang bertingkah aneh. Tapi
Tae Bum tetap menemani ayah untuk minum.
Ibu, yang ingin menjodohkan Yoo Eul, bertanya pada Tae Bum apakah ada temannya yang single, cukup makmur, rumah bagus, gajinya lumayan, sehat, tua tapi tak terlalu tua?
Dan sebagai menantu yang terbaik, Tae Bum langsung menjawab ada. Mata Ibu berbinar-binar mendengar hal itu. Kata-kata Soo Young, yang mengatakan kalau Tantenya sedang tak mencari pacar, tak digubris oleh ibu.
Ibu, yang ingin menjodohkan Yoo Eul, bertanya pada Tae Bum apakah ada temannya yang single, cukup makmur, rumah bagus, gajinya lumayan, sehat, tua tapi tak terlalu tua?
Dan sebagai menantu yang terbaik, Tae Bum langsung menjawab ada. Mata Ibu berbinar-binar mendengar hal itu. Kata-kata Soo Young, yang mengatakan kalau Tantenya sedang tak mencari pacar, tak digubris oleh ibu.
Ayah, yang
masih terus menuangkan whisky ke gelasnya dan gelas Tae Bum, menanyakan
kabar mantan pacarnya. Apakah semuanya sudah diselesaikan? Soo Young
yang menjawab kalau Hye Ryeong sudah pindah ke stasiun TV lain, jadi
ayah tak perlu khawatir lagi.
Sepertinya
ayah sudah mabuk. Mereka sedang membicarakan mantan pacar Tae Bum, tapi
mengapa tiba-tiba ayah membicarakan mantan pacarnya, Mi Hae? Saat Tae
Bum menegaskan kalau sampai mati hanya ada Soo Young di dalam hatinya,
ayah mengatakan tak mungkin. Bagaimana mungkin ia tak memikirkan mantan
pacarnya lagi? Ayah saja sampai sekarang memikirkannya.
“Aku hanya sekali memegang tangannya, tapi perasaan itu tetap terasa hingga kini. Jika hujan turun, hatiku selalu bertanya-tanya apakah ia baik-baik saja?” |
Ibu menatap
ayah ngeri, apalagi ayah memberi nasihat pada Tae Bum agar berhati-hati,
karena Tae Bum tak akan tahu kapan sikat giginya menjadi sikat WC dan
mengatakan kalau Mi Hae itu sangat cantik. Ibu dan Soo Young berteriak
kaget memanggil ayah.
Double LOL.
Catatan :
mengenai sikat gigi yang menjadi sikat WC, adalah cerita lama mengapa
Ibu kadang-kadang (sering, sih) suka menindas ayah. Ayah pernah
berselingkuh, walau hanya sampai tahap pegangan tangan. Tapi ibu
marahnya bukan main. Hingga suatu saat ayah mengetahui kalau ibu sedang
merasa kesal terhadap apapun, ibu selalu menyikat toilet dengan sikat
gigi ayah.
Karena hari ini kegiatan Soo Young sangat padat, Soo Young pulang kelelahan. Ia masih berambut basah bahkan tertidur saat sedang duduk di meja rias. Untung Tae Bum masuk dan menangkapnya sehingga ia tak terjatuh.
Karena hari ini kegiatan Soo Young sangat padat, Soo Young pulang kelelahan. Ia masih berambut basah bahkan tertidur saat sedang duduk di meja rias. Untung Tae Bum masuk dan menangkapnya sehingga ia tak terjatuh.
Tae Bum meraih
hairdryer dan mulai mengeringkan rambut Soo Young. Ia ingin menjadi
suami SIAGA untuk Soo Young. Soo Young malah berbalik dan memeluk Tae
Bum, mengatakan kalau ia sudah merasa bahagia sekarang. Tae Bum tertawa
dan sambil bercanda memarahi Soo Young kalau sekarang bajunya basah
karena rambut Soo Young. Ia pun membalikkan Soo Young dan mulai
mengeringkan rambut istrinya.
Tapi tidak
dengan Ja Eun dan Tae Hee. Sepanjang malam Ja Eun menunggu kepulangan
Tae Hee. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang, karena ia sedang berada
di kantor, duduk terpekur di ruangannya. Ja Eun yang khawatir, mencoba
meneleponnya tapi tak ada jawaban.
Ja Eun pun mengirim pesan padanya, “Paman, apakah kau sedang menangani kasus? Karena berbagai alasan, aku kangen padamu.”
Tae Hee menatap pesan Ja Eun dengan sedih. Tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia malah melarikan mobilnya kembali ke restoran Bong Man. Dengan putus asa, Tae Hee menggedor-gedor restoran yang sudah tutup dan gelap, menyuruh agar Bong Man membuka pintu. Tapi sia-sia karena restoran itu tetap gelap dan tak akan terbuka.
Tae Hee menatap pesan Ja Eun dengan sedih. Tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia malah melarikan mobilnya kembali ke restoran Bong Man. Dengan putus asa, Tae Hee menggedor-gedor restoran yang sudah tutup dan gelap, menyuruh agar Bong Man membuka pintu. Tapi sia-sia karena restoran itu tetap gelap dan tak akan terbuka.
Keesokan
harinya, ibu meminta maaf pada Nenek. Karena keinginannya untuk
menikahkan Tae Shik terlebih dahulu, ia mengucapkan kata-kata kasar
kemarin.
Dengan mata
berkaca-kaca nenek menjelaskan alasan kenapa ia berkeras agar Tae Hee
cepat menikah. Akhir-akhir ini ia sering mendapat mimpi yang tak biasa.
Dan dari mimpi itu, ia merasa waktunya sudah tak akan lama lagi. Tae Hee
adalah cucu yang dititipkan anaknya yang
telah meninggal. Jika ia nanti meninggal dan saat itu Tae Hee belum
menikah, maka ia tak sanggup menghadapi ayah Tae Hee di sana.
Mereka kemudian keluar kamar untuk sarapan. Berbeda dengan biasanya sarapan kali ini tak meriah, dan Ja Eun pun merasakannya.
Karena paksaan kakaknya agar Yoo Eul menikah lagi, maka siang ini ia akan pergi ke acara perjodohan. Ia
menolak ajakan Tae Pil untuk menyebarkan brosur dan mengatakan
alasannya. Secara tak langsung ia ingin melihat reaksi Tae Pil, apakah
ia –yang katanya menyukainya- akan terpengaruh dengan kabar itu?
Tapi ternyata reaksi Tae Pil datar saja. Ia mengataka kalau ia akan menyebarkan brosur sendiri dan malah menyuruh Yoo Eun untuk pergi ke matseon.
Tapi ternyata reaksi Tae Pil datar saja. Ia mengataka kalau ia akan menyebarkan brosur sendiri dan malah menyuruh Yoo Eun untuk pergi ke matseon.
Di restoran,
Ibu dengan segala atributnya (itu wig atau topi, ya?) sudah bersiap-siap
memata-matai matseon yang dipersiapkan oleh Tae Bum. Tae Bum yang
datang dengan sorang pria memberi kode bertanya pada ibu, apakah ibu
menyetujui pria yang ia bawa?
Ibu mengintip siapa calon suami yang dibawa Tae Bum. Ternyata orang itu adalah Manager Gong yang tak tahu maksud Tae Bum sebenarnya. Ibu Soo Young senang melihat Manager Gong dan langsung memberikan tanda OK. Tae Bum pun melanjutkan misi mereka.
Ibu mengintip siapa calon suami yang dibawa Tae Bum. Ternyata orang itu adalah Manager Gong yang tak tahu maksud Tae Bum sebenarnya. Ibu Soo Young senang melihat Manager Gong dan langsung memberikan tanda OK. Tae Bum pun melanjutkan misi mereka.
Setelah
mempersilahkan Manager Gong untuk duduk,Tae Bum menjelaskan pada Manager
Gong kalau acara makan siang mereka adalah permintaan maafnya atas
segala yang terjadi selama ini. Dari masalah tak jadi pemandu di Start
Togother, menikah diam-diam hingga kehamilan Soo Young, pasti membuat
Manager Gong berada di posisi yang tak mengenakkan. Maka untuk
kompensasinya, ia mengajak Manager Gong ke restoran ini.
Kebetulan Yoo
Eul datang dan Tae Bum langsung mengenalkan Yoo Eul sebagai Tante Soo
Young. Tae Bum tak mempedulikan ketaksiapan Manager Gong dan Yoo Eul
yang nampak canggung duduk berdua, malah meninggalkan mereka setelah
sebelumnya berpesan agar mereka menikmati acara perkenalan ini.
Ia kemudian pergi sambil mengedipkan mata pada Ibu yang gembira dan tampak puas dengan calon yang dibawa Tae Bum.
Tae Bum juga gembira. Tugas pertamanya sebagai menantu terbaik telah berhasil. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama karena ia melihat Tae Pil datang ke hotel. Seperti mendapat firasat yang tak enak, Tae Bum membuntuti Tae Pil.
Tae Bum juga gembira. Tugas pertamanya sebagai menantu terbaik telah berhasil. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama karena ia melihat Tae Pil datang ke hotel. Seperti mendapat firasat yang tak enak, Tae Bum membuntuti Tae Pil.
Benar saja, ternyata Tae Pil datang untuk Yoo Eul dan tanpa basa-basi langsung bertanya pada Yoo Eul,
Yoo Eul kali ini juga menggeleng, tapi dengan maksud
yang berbeda. Ia tersenyum pada Tae Pil yang langsung menarik Yoo Eul
pergi.
“Aku menyukaimu, jadi aku akan membawamu pergi sekarang. Jika kau memang tak menyukaimu maka jawablah aku sekarang. Tak bisakah aku menyukaimu?” |
Mereka tak menghiraukan ibu yang berteriak (membuat Manager Gong kaget dan menyadari kalau ada mata-mata di restoran itu) dan Tae Bum yang panik dan hendak mengejar mereka. Namun sebelumnya, Manager Gong sempat mendaratkan pukulan keras di pipi Tae Bum.
Tae Bum tak
ingin membalas pukulan Manager Gong. Selain karena ia memang berhak
mendapatkannya, tapi ia juga harus segera menemukan adik dan tante
iparnya. Di lobi tak ada, maka Tae Bum pun mencarinya sampai keluar
hotel. Kemana sebenarnya mereka?
Ternyata
mereka bersembunyi di balik tumpukan koper di lobi. Tae Pil menahan Yoo
Eul yang hendak berdiri dari persembunyiannya, dan melarang Yoo Eul
untuk menemui pria lain. Yoo Eul pun juga berkata kalau ia tak suka
melihat Tae Pil menemui wanita lain.
Mereka pun
berciuman seperti dunia hanya milik mereka berdua, hingga tak sadar
kalau koper-koper yang menjadi benteng persembunyian mereka telah
diangkut. Para tamu hotel yang lalu lalang hanya tersenyum jengah
melihat pemandangan yang jarang terjadi.
Tae Bum dan
Ibu tak berhasil menemukan mereka. Bahkan telepon pun tak di angkat. Ibu
bertanya hampir menyalahkan Tae Bum mengapa hal ini bisa terjadi
(karena Tae Pil kan adiknya). Ia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi
dan seharusnya ia tak mengijinkan Tae Pil untuk bekerja sama dengan
adiknya. Tae Bum malah menyalahkan ibu, yang sudah merasa seperti itu,
kenapa tak dicegah saja sebelumnya?
Ibu kaget
melihat Tae Bum yang lebih panik daripada dirinya. Ibu menegaskan kalau
ia tak suka kalau Tae Pil menjadi adik iparnya. Tae Bum? Sama. Ia juga
tak mau tantenya akan jadi adik iparnya. Hal itu pasti akan memusingkan
kepala.
Sepanjang
malam Tae Hee menunggu kedatangan Bong Man di depan restoran. Esoknya
dia menghadang Bong Man yang hendak membuka restoran. Ia bertanya sekali
lagi, bagaimana Bong Man bisa yakin pelakunya adalah Baek In Ho? Apa
ada saksi yang melihatnya?
Bong Man
yakin, karena hanya Baek In Ho yang tak memiliki alibi. Dan ada saksi
yang melihat orang di belakang setir berbaju putih. Namun Bong Man tak
dapat memastikan apakah saat itu Baek In Ho memakai baju putih karena
saat hendak diselidiki, Baek In Ho telah pergi dari rumah.
Bong Man marah
mendengarnya. Ia menyelidiki kasus itu bahkan setelah ia tak bertugas
lagi. Namun Kepala Polisilah yang memaksanya untuk menutup kasus ini,
dan setelah itu bukti kecelakaan langsung menghilang. Ia yakin kalau
Kepala Polisi yang menghilangkan bukti tersebut. Baek In Ho adalah teman
lama Kepala Polisi. Dan Bong Man menduga kalau Kepala Polisi pasti
diminta untuk menutup kasus itu.
Tae Hee masih tak dapat mempercayai ucapan Bong Man, membuat Bong Man bertanya. Mengapa reaksi Tae Hee sama dengan reaksi ayahnya saat ia memberitahu tentang pelakunya adalah Baek In Ho.
Tae Hee masih tak dapat mempercayai ucapan Bong Man, membuat Bong Man bertanya. Mengapa reaksi Tae Hee sama dengan reaksi ayahnya saat ia memberitahu tentang pelakunya adalah Baek In Ho.
Langkah Tae
Hee semakin terasa berat. Semakin diingat, seharusnya ia menyadari
mengapa ayah bertingkah aneh pada Ja Eun, mengapa ayah memarahi Ja Eun
karena membuat ibu bekerja keras di perkebunan. Sekarang, apa yang harus
ia lakukan?
Ia tak tahu. Ia benar-benar tak tahu. Bahkan ketika Ja Eun menyusulnya ke kantor polisi, ia memilih bersembunyi dari Ja Eun.
Saat Ja Eun
meneleponnya dan menanyakan keberadaannya, Tae Hee berbohong dengan
mengatakan kalau ia sedang sibuk di luar. Apakah ada sesuatu yang
terjadi? Ja Eun berbohong dengan mengatakan tak ada hal penting yang
terjadi. Sebelum menutup telepon, Ja Eun berpesan agar Tae Hee tak lupa
makan.
Tae Hee hanya dapat menatap punggung Ja Eun yang melangkah pergi.
Sementara itu Tae Shik dan Mi Seok yang sudah berbaikan, terlihat semakin akrab di restoran. Mereka bahkan janjian untuk makan siang bersama.
Semua pegawai
dapat melihat kedekatan hubungan Tae Shik dan Mi Seok. Mereka memuji Tae
Shik yang beruntung karena dapat berpacaran dengan pemilik restoran ini.
Tae Shik kaget
mendengarnya. Bukankah pemilik restoran mereka Paman itu? Teman kerja
Tae Shik mengoreksi kalau Mi Seok pun juga memiliki sebagian dari
restoran ini.
Mendadak
kepercayaan Tae Shik jatuh saat itu juga. Saat makan bersama, ia
bersikap dingin pada Mi Seok. Mi Seok pun merasakan kalau Tae Shik marah
padanya. Memang apa kesalahannya?
Karena Mi Seok
merahasiakan kalau ia juga memiliki restoran bebek di tempat ia menjadi
pegawainya. Mi Seok menganggap hal itu bukan sesuatu yang penting untuk
digembar-gemborkan.
“Tapi bagiku hal itu sangat penting.” |
Mi Seok kesal karena Tae Shik jadi bertingkah kekanak-kanakkan. Memang mengapa kalau ia menjadi pemilik? Apakah harga diri Tae Shik sangat terluka mendengar hal ini dan sangat menganggunya? Apa lebih baik mereka tak berkencan lagi?
Harga diri
atau kehilangan Mi Seok? Akhirnya Tae Hee mengejar Mi Seok dan merangkul
bahunya sebagai tanda kalau ia memilih pilihan kedua.
Aww… cowok
macho bisa dikatakan macho kalau ia juga bisa menerima kekurangannya dan
menjadikan itu sebagai semangat untuk menjadi lebih baik lagi.
Seakan ingin
mengenyahkan masalah Ja Eun dari pikirannya, ia menyibukkan diri di
kandang. Ia menyapu kandang bebek dengan keras. Namun semakin keras
sapuannya, pikiran itu semakin tak bisa dienyahkan. Ibu pun menyerah.
Ia membuang sapunya dan menangis bertanya pada ibunya yang sudah meninggal, apa yang harus ia lakukan?
Ia membuang sapunya dan menangis bertanya pada ibunya yang sudah meninggal, apa yang harus ia lakukan?
Ibu dan ayah
berdiskusi bagaimana cara menghentikan keinginan nenek untuk menikahkan
Ja Eun dan Tae Hee. Mereka tak mungkin memberitahu nenek kenyataan yang
sebenarnya. Jadi pilihan terakhir hanya pada Ja Eun atau Tae Hee.
Ibu berkata
kalau ia tak sanggup melihat Ja Eun lebih tersiksa jika mendengar kalau
ayahnyalah yang membunuh ayah Tae Hee. Hal itu akan menambah dalam luka
yang telah ia miliki. Ayah setuju dan ia akan mengatakan hal yang
sebenarnya pada Tae Hee, karena Tae Hee pasti lebih kuat karena ia
adalah seorang pria.
Dong Min
memberitahu Tae Hee kalau ayah datang mencarinya. Sebelum menemui ayah,
Tae Hee membasuh mukanya. Ia mengeluarkan jimat bebek yang Ja Eun
berikan dan memandanginya. Seolah tak ingin melepaskan Ja Eun pergi, ia
menggenggam jimat bebek itu dengan erat.
Ayah datang
menemui Tae Hee untuk memberitahu siapa pelaku tabrak lari yang
menewaskan ayahnya. Tapi Tae Hee memotongnya dan mengatakan kalau pelaku
itu adalah Baek In Ho, ayah Ja Eun. Ayah kaget mendengarnya.
Tapi Tae Hee
juga mengatakan kalau hal itu belum 100% pasti, karena itu hanya asumsi
Bong Man, jadi Baek In Ho belum tentu pelakunya. Ayah mengerti kalau Tae
Hee pasti ragu mengenai hal itu, karena hal ini berkaitan dengan Ja
Eun.
Tapi ayah
sendiri juga yakin akan hal itu, karena dulu kakek Ja Eun mendadak
meminjamkan perkebunan itu. Dan hal itu sangatlah tak wajar. Perkebunan
itu adalah bukti yang cukup kuat baginya. Jadi ayah minta Tae Hee untuk
putus dengan Ja Eun.
Tae Hee kaget
mendengar hal itu. Ia meminta ayah agar tak menyuruhnya untuk melakukan
hal itu. Tapi ayah bersikeras, Tae Hee harus putus.
Tae Hee
langsung berlutut di hadapan ayah, memohon agar memaafkan Ja Eun. Ia
mohon agar sekali ini saja ayah memaafkan Ja Eun karena kecelakaan itu
bukan kesalahan Ja Eun. Bukankah Baek In Ho juga telah meninggal? Jika
ayah mau memaafkan, ia tak akan serakah untuk menikahi Ja Eun.
Tapi ayah
tetap pada keputusannya. Ia dan ibu telah bersepakat untuk menutupi
kejadian ini dari semua orang. Ia hanya meminta Tae Hee untuk putus.
Tae Hee : “Aku tak dapat melakukannya, Ayah. Hanya memikirkan kalau aku tak akan melihat Ja Eun lagi saja sudah membuatku tak bisa bernafas. Bagaimana mungkin aku dapat hidup tanpa Ja Eun?” |
Semakin keras
ayah berkata, Tae Hee semakin keras kepala. Apapun yang terjadi, ia tak
akan memutuskan Ja Eun. Jadi ayah memberi ultimatum,
“Apakah aku harus memberitahukan padanya? Aku tahu Ja Eun tak bersalah, dan aku juga tak tega memberitahukan padanya. Tapi jika kau tetap memaksa aku tak punya pilihan lain. Apakah itu kemauanmu?” |
Ibu menemui Ja
Eun di kantor dan membawakan makan siang untuknya. Ia memuji ruangan
kantor Ja Eun yang ternyata lebih besar dari yang ia bayangkan. Ja Eun
terkejut sekaligus senang melihat kedatangan ibu yang tiba-tiba.
Ibu minta maaf karena
telah membuat Ja Eun sedih kemarin. Ja Eun menenangkan ibu karena walau
mulanya ia sedih, tapi ia mengerti alasan ibu yang menghargai pendapat
ayah. Ia juga salah. Setelah melihat nenek membuat foto pemakaman untuk
dirinya sendiri, ia tak dapat menolak permintaan nenek dan langsung
menyetujui permintaan nenek tanpa mengingat apa yang ia telah janjikan
pada ayah.
Ja Eun malah
khawatir pada ayah yang marah padanya. Tapi ibu ganti menenangkan Ja Eun
kalau ayah tak marah sebabia tahu kalau Ja Eun melakukan hal itu karena
nenek.
Ja Eun senang mendengarnya. Ibu kemudian menyuruh Ja Eun untuk makan bekal yang ia bawakan untuknya.
Sepeninggal ibu, Ja Eun kembali bekerja.
Jae Ha datang dan menyapa Ja Eun, apakah ada sesuatu hal yang penting terjadi hari ini? Ja Eun yang tak tahu apa yang Jae Ha maksud malah bertanya balik apa maksud Jae Ha. Menyadari kalau Tae Hee belum menceritakan apapun pada Ja Eun hanya berkata kalau ia hanya berbasa basi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar