Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 21- 24
Kisah Tae Hee & Ja Eun
Ja Eun masuk 
rumah lagi dan menemukan kalau Tae Pil yang mabuk sudah tak kelihatan 
lagi. Ia merasa kasihan pada Ibu yang sedih dan langsung masuk kamar 
melihat kelakuan Tae Pil. Iapun melanjutkan pindah memindah barang dari 
tenda ke kamar loteng.
Di kamar, Ibu 
menangis dan bertanya-tanya apakah anak bungsunya itu mengetahui apa 
yang telah ia lakukan? Dan di kamar lainnya, Tae Pil juga menangis.
Sementara itu 
Ja Eun merasa happy-go-lucky dengan barang-barang yang sudah tertata 
dengan baik di lotengnya. Kemudian ia mengambil selca dan mengirimkannya
 pada seseorang.
Tae Hee yang 
sedang lembur, menerima SMS : “Ini adalah foto yang membuktikan kalau 
aku kembali ke kamar loteng, Ja Eun yang berbahagia. Kekeke… Laporan 
selesai.”
Tae Hee memandang cukup lama, namun tak membalas SMS itu, dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
Ja Eun yang 
menunggu balasan SMS Tae Hee, kesal karena balasan itu tak kunjung 
datang. Ia ingin mengirim SMS lagi, tapi langsung mengurungkan niatnya. 
Kenapa?
“Karena aku cantik dan berkepribadian baik, jadi aku harus bersabar.”
LOL. Walau bersabar menunggu, tetap saja tak ada balasan SMS untuknya.
Keesokan 
harinya, tanpa disangka-sangka Mi Seok memberitahukan kalau ia akan 
membawa pemilik restoran bebeknya mengunjungi mereka lagi. Ibu dan Ja 
Eun buru-buru mempersiapkan bebek-bebek itu.  
Walaupun 
begitu, saat pengujian rasa, Mi Seok dan pemiliki restoran menggeleng 
kecewa. Bebek Ibu berbau bebek, jadi mereka tak dapat membeli bebek Ibu.
 
Hmm.. bebek 
bau bebek? Mungkin lebih tepatnya prengus, kali ya.. Seperti daging 
kambing, kambing yang enak adalah daging yang tak berbau kambing, atau 
bahasa Jawanya prengus.
Ibu dan Ja Eun
 sangat kecewa dengan hasil ini. Mereka pun bertanya-tanya, bagaimana 
caranya untuk menghilangkan aroma bebek itu? Sudah waktunya Ja Eun untuk
 pergi ke kampus, dan Ibu mengingatkannya untuk segera pergi.
Namun di 
kampus, Ja Eun ditangkap oleh dua orang tukang pukul dari lintah darat. 
Mereka mencari informasi tentang keberadaan ibu tirinya bahkan menampar 
Ja Eun karena tak mau mengatakan keberadaan ibu tirinya. Untung 
teman-temannya datang hingga mereka pergi.
Ja Eun 
mendatangi tempat kos ibu tirinya, dan memintanya untuk berhati-hati 
karena sudah ada tukang pukul yang mendatanginya di kampus. Ibu Ja Eun 
berterima kasih dan mengatakan kalau ia tak berselingkuh dengan  pegawai
 ayahnya. Ia merasa bersyukur pernah menikah dengan ayah Ja Eun dan 
menjadi istrinya adalah saat-saat yang membahagiakan untuknya. 
Kata-kata ibu 
tirinya terngiang-ngiang sampai Ja Eun keluar dari gedung kos-kosan 
ibunya. Dan kebetulan ada Tae Hee yang baru saja keluar dari toko 
sebelah. Tae Hee memperhatikan kalau pipi Ja Eun memerah. Ja Eun yang 
menyadari ada bekas tamparan di pipinya, tersenyum dan berkata,
| “Sepertinya aku menirumu, Om. Karena bekasnya tepat sama dengan bekas lukamu.” | 
Ja 
Eun meminta Tae Hee untuk mengantarkannya ke halte subway. Tanpa 
diminta, ia curhat tentang kejadian yang ia alami, menemui ibu tirinya 
dan perasaannya yang melunak setelah mendengar kata-kata manis untuk 
ayahnya. Ia menangis dan mengatakan kalau bagaimanapun juga, sekarang ia
 telah memaafkan ibu tirinya.               
Tae Hee
 kemudian ganti bercerita tentang masalahnya setelah setengah dipaksa 
oleh Ja Eun. Namun tak disangkan, Ja Eun memberikan saran yang membuat 
hati Tae Hee tak marah lagi. 
Dalam 
perjalanan pulang, Ja Eun mengajak Tae Hee makan ramen instan dan kimbab
 mini. Ja Eun mengajak Tae Hee bermain gamsut/suit, untuk menentukan 
jumlah kimbab yang mereka makan. Tapi akhirnya mereka bertanding serius,
 karena yang menang boleh memukul dahi lawan sekeras mungkin.
Walaupun Tae Hee hampir memenangkan pertandingan gamsut itu terus menerus.
Walaupun saat kalah, Tae Hee harus menerima hukuman yang tak biasa dari Ja Eun.
Pada akhirnya mereka keluar toko dengan dahi merah dan rasa kesal. Atau senang? 
Sementara itu 
Ayah tak sengaja mendengar luapan kekesalan Tae Pil pada Ibu yang 
menyembunyikan surat kontrak Ja Eun. Ayah sangat marah saat 
mengetahuinya. Sambil menangis, ibu mengatakan kalau tindakannya itu 
dilakukan tanpa berpikir. Saat itu ada seorang gadis yang meminta tanah 
mereka, yang ternyata tanah itu hanya tanah sewaan. Dan ia melihat surat
 kontrak itu di dalam tas, maka tanpa pikir panjang, Ibu pun 
mengambilnya.
Mendengar hal 
itu, ayah hanya dapat meninggalkan ibu dan pergi keluar rumah. Sedikit 
banyak tindakan ibu dipicu oleh kebohongannya yang ia katakan sepuluh 
tahun yang lalu.
Saat panen buah pir sudah tiba. Seluruh anggota keluarga ikut memetik buah pir. Bahkan Tae Bum dan Soo Young pun datang.
Tae Pil, yang 
ingin menebus kesalahannya yang mengusir Ja Eun saat mabuk, memberikan 
minuman dingin dan memijat kaki Ja Eun yang kelelahan.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap tajam pada mereka berdua. Hmmm… tatapan cemburu mungkin?
Ja Eun dan Tae Pil tak menyadari Tae Hee yang  menatap
 mereka kesal. Bahkan mereka dengan ceria meninggalkan kebun pir, karena
 Ja Eun harus ke sekolah dan Tae Pil harus pergi ke kota.
Di sekolah Ja 
Eun membuat sesuatu, yang menimbulkan keingintahuan teman-temannya. Apa 
yang sedang dibuat Ja Eun? Apakah ia membuat sesuatu untuk seorang pria?
 Pacarnyakah?
Ja Eun tak menjawab hanya tersenyum ceria.
Malam harinya,
 Ja Eun ditelepon ibu tirinya agar bertemu di luar. Di halaman ia 
bertemu dengan Tae Hee yang baru pulang ke rumah. Tae Hee yang masih 
teringat pada keakraban Ja Eun dengan Tae Pil berjalan tanpa menyapanya.
 Tentu saja Ja Eun kesal karena Tae Hee mengacuhkannya, bergumam kalau 
suatu saat nanti ia akan membalas dendam (mengacuhkannya).
Ayah akhirnya 
mengambil keputusan untuk mengembalikan tanah ini ke tangan Ja Eun. 
Sebelum mereka berbicara lebih banyak lagi, ibu tiri Ja Eun datang. 
Ternyata ia membuat janji palsu dengan  Ja
 Eun agar ia bisa berbicara dengan Papa dan Mama Hwang, memaksa mereka 
untuk mengembalikan tanah ini. Jika tidak ia akan berbicara pada media.
Mama Hwang 
menjawab, kalaupun tanah ini mereka kembalikan, mereka akan kembalikan 
pada Ja Eun yang berhak, bukannya pada ibu tiri yang telah meninggalkan 
Ja Eun.
Ja Eun yang 
tak dapat menemui ibu tirinya, malah bertemu dengan keempat kakak 
beradik Hwang yang sedang minum soju. Dengan ceria, ia menyapa mereka. 
Namun dari wajah mereka yang tegang, ia baru menyadari kalau sepertinya 
ia menyela pembicaraan yang rahasia. 
Sebelumnya Tae
 Pil memberitahukan rahasia ibu pada ketiga kakaknya yang seperti 
dirinya, kaget setengah mati saat mengetahui hal itu. Jadi ketika Ja Eun
 datang, mereka canggung menghadapi Ja Eun. Apalagi Tae Hee. Tak berapa 
lama Ja Eun duduk, ia sudah pamit untuk bekerja lagi. 
Seperti ingin 
menebus sedikit kesalahannya, keesokan harinya, ibu memasakkan makanan 
favorit Ja Eun dan mengumumkan kalau ia akan pergi ke makam ibunya. 
Nenek heran, apakah menantunya sedang mendapat masalah? Rupanya pergi ke
 makam adalah kebiasaan Ibu jika perasaannya sedang gundah.
Ibu semakin 
merasa tak enak, karena Ja Eun malah bersikap baik dan berjanji untuk 
menjaga bebek bahkan memberi Ibu bekal telur rebus.
Di depan makam
 ibunya, Ibu menangis, mengakui kesalahannya telah mencuri surat kontrak
 Ja Eun. Ayah ternyata mengikutinya dan mengawasi Ibu dari kejauhan. 
Di kantor 
polisi, Tae Hee menginterogasi tersangka dengan nada yang tinggi dan tak
 sabaran. Semua orang, bahkan para tersangka pun, juga heran pada sikap 
Tae Hee yang diluar kebiasaan. Apalagi Tae Hee tiba-tiba bersembunyi, 
dan menghindari Ja Eun yang datang membawakan titipan baju bersih dari 
Nenek.
Sepulangnya 
ibu dari makam, ibu sudah terlihat tenang. Ayah mengajak ibu untuk 
berbicara empat mata, untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Ibu akan
 mengembalikan surat itu. 
Ayah terlihat lega dengan keputusan ibu. Ayah pun pulang ke rumah untuk memberitahukan keputusan ibu pada anak-anak mereka. 
 Setelah 
pertemuan dengan ayahnya, Tae Hee keluar rumah dan menemukan Ja Eun yang
 sedang memberi makan bebek-bebek. Diam-diam ia menatap Ja Eun yang 
dengan ceria memanggil bebek-bebek itu dengan nama-nama yang ibu 
berikan. 
Setelah sekian
 lama, Ja Eun baru tersadar kalau ada Tae Hee di belakangnya. Nadanya 
semakin ceria menyapa Tae Hee. Ia mengajak Tae Hee untuk minum kopi. 
Kali ini ia yang traktir.
Di depan kedai
 kopi, Ja Eun memberikan gantungan berbentuk bebek, yang tadi siang ia 
buat di kampus. Ja Eun membuat gantungan ini sebagai jimat keberuntungan
 untuk keselamatan Tae Hee yang sering melakukan tugas yang berbahaya. 
Tae Hee 
menatap gantungan itu. Boneka bebek yang mengalungkan sepatu dan membawa
 gelas kopi di tangan kirinya, yang sudah pasti adalah gambaran dirinya 
sendiri. Tae Hee berterima kasih dan akan menceritakan sesuatu yang dulu
 pernah Ja Eun tanyakan. Ia takut kalau ia tak bercerita sekarang, maka 
tak ada kesempatan lain lagi.
Wanita yang 
ada di foto yang terjatuh saat ia mabuk, adalah foto ibunya. Dan 
sebenarnya orang tuanya sekarang adalah Paman dan Bibinya. Namun 
penjelasan Tae Hee hanya sependek itu. 
Namun 
kata-kata itu tetap terngiang-ngiang di telinga Ja Eun, yang langsung 
teringat pada Mama Hwang. Maka saat Mama Hwang menelponnya, Ja Eun 
sangat senang sekali. Apalagi Mama Hwang memintanya untuk bertemu di 
kota.
 Keesokan 
paginya, Ja Eun mulai memberi makan bebek-bebek Mama Hwang. Namun saat 
akan mengganti jerami, ia kesulitan menganggkat karung jerami. Tapi ia 
tak hilang akal. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menelepon Tae Hee 
dan meminta bantuannya mengangkat jerami. Tae Hee pun menyanggupinya. 
Hubungan telepon terputus. Dan Ja Eun tersenyum riang, namun Tae Hee hanya dapat menghela nafas panjang.
Ja Eun 
terkesan dengan Tae Hee yang mengangkat karung jerami dengan mudahnya. 
Ia pun mengiyakan Tae Hee yang menawarkan bantuannya di kandang bebek.
Tapi 
sepertinya Tae Hee yang butuh bantuan, karena ia ketakutan setengah mati
 (walau ia mati-matian membantahnya). Namun akhirnya Tae Hee mengakui 
kalau ia tak menyukai binatang yang mempunyai sayap. 
Ja Eun pun 
menggumam senang, “Untung aku bukan unggas,” yang mendapat lirikan Tae 
Hee. Tae Hee meminta Ja Eun untuk selalu tersenyum seperti sekarang ini,
 setiap hari.
Tae Hee 
mencoba melupakan kekhawatirannya akan Ibu dan Ja Eun dengan bermain 
basket. Namun tiba-tiba ada pria yang merebut bolanya dan memasukkan ke 
keranjang dengan mudahnya.
Naluri 
bersaingnya langsung muncul, dan mereka pun bermain basket berdua. 
Setelah permainan usai, pria itu memperkenalkan diri sebagai Kim Jung, 
perwakilan dari Good Film yang sedang meminta bantuan kepolisian untuk 
mendalami peran polisi.
Ja Eun menemui
 Ibu, dan mereka menghabiskan waktu dengan bahagia. Windows shopping, 
mencoba makanan, mengambil foto bersama, dan mereka pun tersenyum senang
 saat ada penjual makanan memuji mereka sebagai ibu anak yang kompak.
Namun saatnya telah tiba. Ibu harus mengatakan apa yang diperbuatnya. Namun ia ragu dan takut mengatakannya. 
Untungnya 
(atau sialnya?) handphone Ibu berdering dan Nenek berteriak-teriak kalau
 ibu tiri Ja Eun datang dan menyuruh tukang pukul untuk membongkar seisi
 rumah dan mencari surat kontrak.
Buru-buru Ibu 
dan Ja Eun kembali, bersamaan dengan Tae Hee yang pulang karena 
ditelepon oleh ayahnya. Mereka bertemu dengan ibu tiri Ja Eun yang 
histeris dan marah-marah, bahkan menampar Ja Eun karena tak 
memberitahukannya tentang surat kontrak itu.
Ia menuduh Ibu
 mencuri surat kontrak itu, bahkan merampas tasnya. Ja Eun memohon 
ibunya untuk tak melakukannya. Namun ia terpana melihat surat itu jatuh 
dari tas ibu. 
Ja Eun memohon ibu untuk mengatakan kalau ia tak mengambilnya. Katakan hal itu, maka ia akan percaya. 
Tapi ibu tak dapat mengatakannya. Ia hanya berdiri diam dan ketakutan.
Kisah Tae Bum dan Soo Young
Untuk 
menghindari masalah celana dalam terulang kembali, Soo Young meminta 
ibunya untuk mencarikan pembantu rumah tangga untuk membersihkan rumah 
mereka. Mama Cha pun menyetujui dan membawakan pembantu untuk Soo Young.
 
Namun terakhir
 kali ia datang ke rumah itu, ia malah menemukan foto Tae Bum dan wanita
 lain. Malamnya, Mama Cha menunggu kepulangan Tae Bum dan langsung 
memarahi Tae Bum yang masih menyimpan foto wanita lain padahal sudah 
menikah dengan Soo Young.
Soo Young 
pulang dan tak menemukan Tae Bum, yang katanya akan langsung pulang. Dan
 Tae Bum baru pulang tengah malam dalam keadaan mabuk. Bahkan ia salah 
menyebut Soo Young denga Hye Ryung. Nama mantan pacar Tae Bum.
Hal ini 
membuat Soo Young bad mood dan menghindari Tae Bum. Tae Bum mengkaitkan 
mood Soo Young ini karena ibunya memberi tahu tentang keberadaan foto 
itu. Saat tahu kalau ia salah panggil nama Soo Young saat mabuk kemarin,
 ia merasa cukup. Sekaranglah saatnya.
Ia melipat 
foto Hye Ryung menjadi pesawat terbang, dan melayangkan foto itu dari 
atas gedung. Metafora untuk melepaskan cinta pertamanya. 
Malamnya ia 
membuat makan malam untuk Soo Young (yang diam-diam mengagumi kemampuan 
memasaknya) dan berjanji untuk pergi ke dokter kandungan bersama-sama.
Tapi janjinya kali ini hanya tinggal janji. Ia lupa janji itu karena harus ke bank mencari pinjaman sebesar 30 juta won. 
Ayah 
memintanya dan Tae Hee untuk membantu meringankan biaya untuk pindah 
rumah. Ayah ingin mereka mendapatkan rumah terlebih dahulu sebelum ibu 
mengatakan rahasianya pada Ja Eun.
Tae Bum hanya 
mendapatkan pinjaman 10 juta won. Ia mencari pinjaman kesana kemari tapi
 tak kunjung dapat. Soo Young yang tak sengaja mendengarnya ingin 
membantu Tae Bum. Tapi harga diri Tae Bum menolak bantuan itu.
Kisah Tae Shik 
Akhirnya ia bertemu dengan anaknya, Gook Soo. Arti nama itu adalah mie, makanan yang disuka oleh Tae Shik saat di Filipina dulu.
Tae Shik 
merasa putus asa dengan dirinya sendiri. Saat nasib baik menghampirinya 
dan ia hanya tinggal selangkah lagi menikah dengan Ye Jin, anak yang tak
 ia ketahui tiba-tiba muncul. Gook Soo hanya diam seribu bahasa, 
menanggapi pertanyaan Tae Shik.       
Ia 
akhirnya meminta bantuan pada Mi Seok untuk menampung Gook Soo sementara
 waktu. Mulanya Mi Seok tak mau. Tapi saat melihat wajah Gook Soo, ia 
bersedia membawa anak itu pulang ke rumahnya.
Di rumah, Ha 
Na mengetawai nama Gook Soo. Dia juga mengatai kalau Gook Soo adalah 
anak Africa. Gook Soo marah dan memukul kepala Hana. Mi Seok dan Tae 
Shik yang sedang berbicara berdua kaget dengan perlakuan kasar Gook Soo.
 Gook Soo pun berteriak, “Aku bukan anak Afrika! Aku anak Korea!”
Ternyata Gook 
Soo bisa berbahasa Korea! Bahkan ternyata Gook Soo pun juga pintar, 
karena ia dapat menyelesaikan soal matematika yang susah dikerjakan oleh
 Ha Na. 
Namun yang 
diinginkan Gook Soo adalah kehadiran ayahnya. Maka ia keluar rumah Ha Na
 dan masuk ke kamar Tae Shik melalui jendela yang berhadapan dengan 
rumah Ha Na.
Tak disangka 
Tae Pil masuk dalam kamar Tae Shik untuk mengambil baju kotor. Ia kaget 
setengah mati dan lebih kaget lagi mengetahui kalau Gook Soo adalah anak
 Tae Shik.
Kisah Tae Pil
 Tae Pil 
mendatangi toko Yeol, dan mendengar kemarahan ibu Soo Young yang kesal 
karena adiknya tetap berkeras untuk membuka toko ini, walaupun tahu 
kalau toko ini adalah toko yang merugi. 
 Ia akhirnya 
menemui Yeol untuk mengatakan apa yang ia pikirkan. Seharusnya Yeol 
menutup toko ini. Karena papan namanya terlalu kecil dan tersembunyi, 
orang tak mengetahui kalau ada toko ini. Sinar lampu toko juga terlampau
 redup sehingga toko terlalu suram. Dan banyak hal yang lainnya, yang 
jika semuanya tetap tak diubah, toko ini akan merugi lebih banyak. 
Kata-kata pedas Tae Pil itu malah membuat Yeol tertarik dan menawarinya pekerjaan sebagai Manager toko.
 

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar