Jumat, 27 Januari 2012

Sinopsis Ojakkyo Brothers 21 - 24

Sinopsis Ojakgyo Brothers Episode 21- 24

Kisah Tae Hee & Ja Eun


Ja Eun masuk rumah lagi dan menemukan kalau Tae Pil yang mabuk sudah tak kelihatan lagi. Ia merasa kasihan pada Ibu yang sedih dan langsung masuk kamar melihat kelakuan Tae Pil. Iapun melanjutkan pindah memindah barang dari tenda ke kamar loteng.

Di kamar, Ibu menangis dan bertanya-tanya apakah anak bungsunya itu mengetahui apa yang telah ia lakukan? Dan di kamar lainnya, Tae Pil juga menangis.


Sementara itu Ja Eun merasa happy-go-lucky dengan barang-barang yang sudah tertata dengan baik di lotengnya. Kemudian ia mengambil selca dan mengirimkannya pada seseorang.

Tae Hee yang sedang lembur, menerima SMS : “Ini adalah foto yang membuktikan kalau aku kembali ke kamar loteng, Ja Eun yang berbahagia. Kekeke… Laporan selesai.”


Tae Hee memandang cukup lama, namun tak membalas SMS itu, dan melanjutkan pekerjaannya kembali.

Ja Eun yang menunggu balasan SMS Tae Hee, kesal karena balasan itu tak kunjung datang. Ia ingin mengirim SMS lagi, tapi langsung mengurungkan niatnya. Kenapa?

“Karena aku cantik dan berkepribadian baik, jadi aku harus bersabar.”

LOL. Walau bersabar menunggu, tetap saja tak ada balasan SMS untuknya.

Keesokan harinya, tanpa disangka-sangka Mi Seok memberitahukan kalau ia akan membawa pemilik restoran bebeknya mengunjungi mereka lagi. Ibu dan Ja Eun buru-buru mempersiapkan bebek-bebek itu.  



Walaupun begitu, saat pengujian rasa, Mi Seok dan pemiliki restoran menggeleng kecewa. Bebek Ibu berbau bebek, jadi mereka tak dapat membeli bebek Ibu.

Hmm.. bebek bau bebek? Mungkin lebih tepatnya prengus, kali ya.. Seperti daging kambing, kambing yang enak adalah daging yang tak berbau kambing, atau bahasa Jawanya prengus.

Ibu dan Ja Eun sangat kecewa dengan hasil ini. Mereka pun bertanya-tanya, bagaimana caranya untuk menghilangkan aroma bebek itu? Sudah waktunya Ja Eun untuk pergi ke kampus, dan Ibu mengingatkannya untuk segera pergi.

Namun di kampus, Ja Eun ditangkap oleh dua orang tukang pukul dari lintah darat. Mereka mencari informasi tentang keberadaan ibu tirinya bahkan menampar Ja Eun karena tak mau mengatakan keberadaan ibu tirinya. Untung teman-temannya datang hingga mereka pergi.


Ja Eun mendatangi tempat kos ibu tirinya, dan memintanya untuk berhati-hati karena sudah ada tukang pukul yang mendatanginya di kampus. Ibu Ja Eun berterima kasih dan mengatakan kalau ia tak berselingkuh dengan  pegawai ayahnya. Ia merasa bersyukur pernah menikah dengan ayah Ja Eun dan menjadi istrinya adalah saat-saat yang membahagiakan untuknya.

Kata-kata ibu tirinya terngiang-ngiang sampai Ja Eun keluar dari gedung kos-kosan ibunya. Dan kebetulan ada Tae Hee yang baru saja keluar dari toko sebelah. Tae Hee memperhatikan kalau pipi Ja Eun memerah. Ja Eun yang menyadari ada bekas tamparan di pipinya, tersenyum dan berkata,

“Sepertinya aku menirumu, Om. Karena bekasnya tepat sama dengan bekas lukamu.”
Ja Eun meminta Tae Hee untuk mengantarkannya ke halte subway. Tanpa diminta, ia curhat tentang kejadian yang ia alami, menemui ibu tirinya dan perasaannya yang melunak setelah mendengar kata-kata manis untuk ayahnya. Ia menangis dan mengatakan kalau bagaimanapun juga, sekarang ia telah memaafkan ibu tirinya.             

Tae Hee kemudian ganti bercerita tentang masalahnya setelah setengah dipaksa oleh Ja Eun. Namun tak disangkan, Ja Eun memberikan saran yang membuat hati Tae Hee tak marah lagi.


Dalam perjalanan pulang, Ja Eun mengajak Tae Hee makan ramen instan dan kimbab mini. Ja Eun mengajak Tae Hee bermain gamsut/suit, untuk menentukan jumlah kimbab yang mereka makan. Tapi akhirnya mereka bertanding serius, karena yang menang boleh memukul dahi lawan sekeras mungkin.


Walaupun Tae Hee hampir memenangkan pertandingan gamsut itu terus menerus.


Walaupun saat kalah, Tae Hee harus menerima hukuman yang tak biasa dari Ja Eun.


Pada akhirnya mereka keluar toko dengan dahi merah dan rasa kesal. Atau senang?


Sementara itu Ayah tak sengaja mendengar luapan kekesalan Tae Pil pada Ibu yang menyembunyikan surat kontrak Ja Eun. Ayah sangat marah saat mengetahuinya. Sambil menangis, ibu mengatakan kalau tindakannya itu dilakukan tanpa berpikir. Saat itu ada seorang gadis yang meminta tanah mereka, yang ternyata tanah itu hanya tanah sewaan. Dan ia melihat surat kontrak itu di dalam tas, maka tanpa pikir panjang, Ibu pun mengambilnya.

Mendengar hal itu, ayah hanya dapat meninggalkan ibu dan pergi keluar rumah. Sedikit banyak tindakan ibu dipicu oleh kebohongannya yang ia katakan sepuluh tahun yang lalu.

Saat panen buah pir sudah tiba. Seluruh anggota keluarga ikut memetik buah pir. Bahkan Tae Bum dan Soo Young pun datang.


Tae Pil, yang ingin menebus kesalahannya yang mengusir Ja Eun saat mabuk, memberikan minuman dingin dan memijat kaki Ja Eun yang kelelahan.


Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap tajam pada mereka berdua. Hmmm… tatapan cemburu mungkin?

Ja Eun dan Tae Pil tak menyadari Tae Hee yang  menatap mereka kesal. Bahkan mereka dengan ceria meninggalkan kebun pir, karena Ja Eun harus ke sekolah dan Tae Pil harus pergi ke kota.


Di sekolah Ja Eun membuat sesuatu, yang menimbulkan keingintahuan teman-temannya. Apa yang sedang dibuat Ja Eun? Apakah ia membuat sesuatu untuk seorang pria? Pacarnyakah?

Ja Eun tak menjawab hanya tersenyum ceria.


Malam harinya, Ja Eun ditelepon ibu tirinya agar bertemu di luar. Di halaman ia bertemu dengan Tae Hee yang baru pulang ke rumah. Tae Hee yang masih teringat pada keakraban Ja Eun dengan Tae Pil berjalan tanpa menyapanya. Tentu saja Ja Eun kesal karena Tae Hee mengacuhkannya, bergumam kalau suatu saat nanti ia akan membalas dendam (mengacuhkannya).


Ayah akhirnya mengambil keputusan untuk mengembalikan tanah ini ke tangan Ja Eun. Sebelum mereka berbicara lebih banyak lagi, ibu tiri Ja Eun datang. Ternyata ia membuat janji palsu dengan  Ja Eun agar ia bisa berbicara dengan Papa dan Mama Hwang, memaksa mereka untuk mengembalikan tanah ini. Jika tidak ia akan berbicara pada media.

Mama Hwang menjawab, kalaupun tanah ini mereka kembalikan, mereka akan kembalikan pada Ja Eun yang berhak, bukannya pada ibu tiri yang telah meninggalkan Ja Eun.


Ja Eun yang tak dapat menemui ibu tirinya, malah bertemu dengan keempat kakak beradik Hwang yang sedang minum soju. Dengan ceria, ia menyapa mereka. Namun dari wajah mereka yang tegang, ia baru menyadari kalau sepertinya ia menyela pembicaraan yang rahasia.

Sebelumnya Tae Pil memberitahukan rahasia ibu pada ketiga kakaknya yang seperti dirinya, kaget setengah mati saat mengetahui hal itu. Jadi ketika Ja Eun datang, mereka canggung menghadapi Ja Eun. Apalagi Tae Hee. Tak berapa lama Ja Eun duduk, ia sudah pamit untuk bekerja lagi.


Seperti ingin menebus sedikit kesalahannya, keesokan harinya, ibu memasakkan makanan favorit Ja Eun dan mengumumkan kalau ia akan pergi ke makam ibunya. Nenek heran, apakah menantunya sedang mendapat masalah? Rupanya pergi ke makam adalah kebiasaan Ibu jika perasaannya sedang gundah.


Ibu semakin merasa tak enak, karena Ja Eun malah bersikap baik dan berjanji untuk menjaga bebek bahkan memberi Ibu bekal telur rebus.


Di depan makam ibunya, Ibu menangis, mengakui kesalahannya telah mencuri surat kontrak Ja Eun. Ayah ternyata mengikutinya dan mengawasi Ibu dari kejauhan.

Di kantor polisi, Tae Hee menginterogasi tersangka dengan nada yang tinggi dan tak sabaran. Semua orang, bahkan para tersangka pun, juga heran pada sikap Tae Hee yang diluar kebiasaan. Apalagi Tae Hee tiba-tiba bersembunyi, dan menghindari Ja Eun yang datang membawakan titipan baju bersih dari Nenek.

Sepulangnya ibu dari makam, ibu sudah terlihat tenang. Ayah mengajak ibu untuk berbicara empat mata, untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Ibu akan mengembalikan surat itu.

Ayah terlihat lega dengan keputusan ibu. Ayah pun pulang ke rumah untuk memberitahukan keputusan ibu pada anak-anak mereka.

Setelah pertemuan dengan ayahnya, Tae Hee keluar rumah dan menemukan Ja Eun yang sedang memberi makan bebek-bebek. Diam-diam ia menatap Ja Eun yang dengan ceria memanggil bebek-bebek itu dengan nama-nama yang ibu berikan.


Setelah sekian lama, Ja Eun baru tersadar kalau ada Tae Hee di belakangnya. Nadanya semakin ceria menyapa Tae Hee. Ia mengajak Tae Hee untuk minum kopi. Kali ini ia yang traktir.


Di depan kedai kopi, Ja Eun memberikan gantungan berbentuk bebek, yang tadi siang ia buat di kampus. Ja Eun membuat gantungan ini sebagai jimat keberuntungan untuk keselamatan Tae Hee yang sering melakukan tugas yang berbahaya.


Tae Hee menatap gantungan itu. Boneka bebek yang mengalungkan sepatu dan membawa gelas kopi di tangan kirinya, yang sudah pasti adalah gambaran dirinya sendiri. Tae Hee berterima kasih dan akan menceritakan sesuatu yang dulu pernah Ja Eun tanyakan. Ia takut kalau ia tak bercerita sekarang, maka tak ada kesempatan lain lagi.

Wanita yang ada di foto yang terjatuh saat ia mabuk, adalah foto ibunya. Dan sebenarnya orang tuanya sekarang adalah Paman dan Bibinya. Namun penjelasan Tae Hee hanya sependek itu.

Namun kata-kata itu tetap terngiang-ngiang di telinga Ja Eun, yang langsung teringat pada Mama Hwang. Maka saat Mama Hwang menelponnya, Ja Eun sangat senang sekali. Apalagi Mama Hwang memintanya untuk bertemu di kota.

Keesokan paginya, Ja Eun mulai memberi makan bebek-bebek Mama Hwang. Namun saat akan mengganti jerami, ia kesulitan menganggkat karung jerami. Tapi ia tak hilang akal. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menelepon Tae Hee dan meminta bantuannya mengangkat jerami. Tae Hee pun menyanggupinya.


Hubungan telepon terputus. Dan Ja Eun tersenyum riang, namun Tae Hee hanya dapat menghela nafas panjang.

Ja Eun terkesan dengan Tae Hee yang mengangkat karung jerami dengan mudahnya. Ia pun mengiyakan Tae Hee yang menawarkan bantuannya di kandang bebek.


Tapi sepertinya Tae Hee yang butuh bantuan, karena ia ketakutan setengah mati (walau ia mati-matian membantahnya). Namun akhirnya Tae Hee mengakui kalau ia tak menyukai binatang yang mempunyai sayap.


Ja Eun pun menggumam senang, “Untung aku bukan unggas,” yang mendapat lirikan Tae Hee. Tae Hee meminta Ja Eun untuk selalu tersenyum seperti sekarang ini, setiap hari.

Tae Hee mencoba melupakan kekhawatirannya akan Ibu dan Ja Eun dengan bermain basket. Namun tiba-tiba ada pria yang merebut bolanya dan memasukkan ke keranjang dengan mudahnya.


Naluri bersaingnya langsung muncul, dan mereka pun bermain basket berdua. Setelah permainan usai, pria itu memperkenalkan diri sebagai Kim Jung, perwakilan dari Good Film yang sedang meminta bantuan kepolisian untuk mendalami peran polisi.


Ja Eun menemui Ibu, dan mereka menghabiskan waktu dengan bahagia. Windows shopping, mencoba makanan, mengambil foto bersama, dan mereka pun tersenyum senang saat ada penjual makanan memuji mereka sebagai ibu anak yang kompak.

Namun saatnya telah tiba. Ibu harus mengatakan apa yang diperbuatnya. Namun ia ragu dan takut mengatakannya.

Untungnya (atau sialnya?) handphone Ibu berdering dan Nenek berteriak-teriak kalau ibu tiri Ja Eun datang dan menyuruh tukang pukul untuk membongkar seisi rumah dan mencari surat kontrak.


Buru-buru Ibu dan Ja Eun kembali, bersamaan dengan Tae Hee yang pulang karena ditelepon oleh ayahnya. Mereka bertemu dengan ibu tiri Ja Eun yang histeris dan marah-marah, bahkan menampar Ja Eun karena tak memberitahukannya tentang surat kontrak itu.

Ia menuduh Ibu mencuri surat kontrak itu, bahkan merampas tasnya. Ja Eun memohon ibunya untuk tak melakukannya. Namun ia terpana melihat surat itu jatuh dari tas ibu.


Ja Eun memohon ibu untuk mengatakan kalau ia tak mengambilnya. Katakan hal itu, maka ia akan percaya.


Tapi ibu tak dapat mengatakannya. Ia hanya berdiri diam dan ketakutan.

Kisah Tae Bum dan Soo Young


Untuk menghindari masalah celana dalam terulang kembali, Soo Young meminta ibunya untuk mencarikan pembantu rumah tangga untuk membersihkan rumah mereka. Mama Cha pun menyetujui dan membawakan pembantu untuk Soo Young.


Namun terakhir kali ia datang ke rumah itu, ia malah menemukan foto Tae Bum dan wanita lain. Malamnya, Mama Cha menunggu kepulangan Tae Bum dan langsung memarahi Tae Bum yang masih menyimpan foto wanita lain padahal sudah menikah dengan Soo Young.

Soo Young pulang dan tak menemukan Tae Bum, yang katanya akan langsung pulang. Dan Tae Bum baru pulang tengah malam dalam keadaan mabuk. Bahkan ia salah menyebut Soo Young denga Hye Ryung. Nama mantan pacar Tae Bum.

Hal ini membuat Soo Young bad mood dan menghindari Tae Bum. Tae Bum mengkaitkan mood Soo Young ini karena ibunya memberi tahu tentang keberadaan foto itu. Saat tahu kalau ia salah panggil nama Soo Young saat mabuk kemarin, ia merasa cukup. Sekaranglah saatnya.


Ia melipat foto Hye Ryung menjadi pesawat terbang, dan melayangkan foto itu dari atas gedung. Metafora untuk melepaskan cinta pertamanya.


Malamnya ia membuat makan malam untuk Soo Young (yang diam-diam mengagumi kemampuan memasaknya) dan berjanji untuk pergi ke dokter kandungan bersama-sama.

Tapi janjinya kali ini hanya tinggal janji. Ia lupa janji itu karena harus ke bank mencari pinjaman sebesar 30 juta won.


Ayah memintanya dan Tae Hee untuk membantu meringankan biaya untuk pindah rumah. Ayah ingin mereka mendapatkan rumah terlebih dahulu sebelum ibu mengatakan rahasianya pada Ja Eun.


Tae Bum hanya mendapatkan pinjaman 10 juta won. Ia mencari pinjaman kesana kemari tapi tak kunjung dapat. Soo Young yang tak sengaja mendengarnya ingin membantu Tae Bum. Tapi harga diri Tae Bum menolak bantuan itu.

Kisah Tae Shik


Akhirnya ia bertemu dengan anaknya, Gook Soo. Arti nama itu adalah mie, makanan yang disuka oleh Tae Shik saat di Filipina dulu.


Tae Shik merasa putus asa dengan dirinya sendiri. Saat nasib baik menghampirinya dan ia hanya tinggal selangkah lagi menikah dengan Ye Jin, anak yang tak ia ketahui tiba-tiba muncul. Gook Soo hanya diam seribu bahasa, menanggapi pertanyaan Tae Shik.      


Ia akhirnya meminta bantuan pada Mi Seok untuk menampung Gook Soo sementara waktu. Mulanya Mi Seok tak mau. Tapi saat melihat wajah Gook Soo, ia bersedia membawa anak itu pulang ke rumahnya.

Di rumah, Ha Na mengetawai nama Gook Soo. Dia juga mengatai kalau Gook Soo adalah anak Africa. Gook Soo marah dan memukul kepala Hana. Mi Seok dan Tae Shik yang sedang berbicara berdua kaget dengan perlakuan kasar Gook Soo. Gook Soo pun berteriak, “Aku bukan anak Afrika! Aku anak Korea!”


Ternyata Gook Soo bisa berbahasa Korea! Bahkan ternyata Gook Soo pun juga pintar, karena ia dapat menyelesaikan soal matematika yang susah dikerjakan oleh Ha Na.

Namun yang diinginkan Gook Soo adalah kehadiran ayahnya. Maka ia keluar rumah Ha Na dan masuk ke kamar Tae Shik melalui jendela yang berhadapan dengan rumah Ha Na.


Tak disangka Tae Pil masuk dalam kamar Tae Shik untuk mengambil baju kotor. Ia kaget setengah mati dan lebih kaget lagi mengetahui kalau Gook Soo adalah anak Tae Shik.

Kisah Tae Pil


Tae Pil mendatangi toko Yeol, dan mendengar kemarahan ibu Soo Young yang kesal karena adiknya tetap berkeras untuk membuka toko ini, walaupun tahu kalau toko ini adalah toko yang merugi.

Ia akhirnya menemui Yeol untuk mengatakan apa yang ia pikirkan. Seharusnya Yeol menutup toko ini. Karena papan namanya terlalu kecil dan tersembunyi, orang tak mengetahui kalau ada toko ini. Sinar lampu toko juga terlampau redup sehingga toko terlalu suram. Dan banyak hal yang lainnya, yang jika semuanya tetap tak diubah, toko ini akan merugi lebih banyak.


Kata-kata pedas Tae Pil itu malah membuat Yeol tertarik dan menawarinya pekerjaan sebagai Manager toko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar